Sabtu, 08 Januari 2011

kidung rumekso ing wengi ( slide show )

Biografi Habib Muhammad Luthfi bin Yahya

Maulana Habib dilahirkan di Pekalongan pada hari Senin, pagi tanggal 27 Rajab tahun 1367 H. Bertepatan tanggal 10 November, tahun 1947 M. Dilahirkan dari seorang syarifah, yang memiliki nama dan nasab: sayidah al Karimah as Syarifah Nur binti Sayid Muhsin bin Sayid Salim bin Sayid al Imam Shalih bin Sayid Muhsin bin Sayid Hasan bin Sasyid Imam ‘Alawi bin Sayid al Imam Muhammad bin al Imam ‘Alawi bin Imam al Kabir Sayid Abdullah bin Imam Salim bin Imam Muhammad bin Sayid Sahal bin Imam Abd Rahman Maula Dawileh bin Imam ‘Ali bin Imam ‘Alawi bin Sayidina Imam al Faqih al Muqadam bin ‘Ali Bâ Alawi. Sementara nasab beliau dari jalur ayah:

* Rasulullah Muhammad SAW
* Sayidatina Fathimah az-Zahra + Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib
* Imam Husein ash-Sibth
* Imam Ali Zainal Abiddin
* Imam Muhammad al-Baqir
* Imam Ja’far Shadiq
* Imam Ali al-Uraidhi
* Imam Muhammad an-Naqib
* Imam Isa an-Naqib ar-Rumi
* Imam Ahmad Al-Muhajir
* Imam Ubaidullah
* Imam Alwy Ba’Alawy
* Imam Muhammad
* Imam Alwy
* Imam Ali Khali Qasam
* Imam Muhammad Shahib Marbath
* Imam Ali
* Imam Al-Faqih al-Muqaddam Muhammd Ba’Alawy
* Imam Alwy al-Ghuyyur
* Imam Ali Maula Darrak
* Imam Muhammad Maulad Dawileh
* Imam Alwy an-Nasiq
* Al-Habib Ali
* Al-Habib Alwy
* Al-Habib Hasan
* Al-Imam Yahya Ba’Alawy
* Al-Habib Ahmad
* Al-Habib Syekh
* Al-Habib Muhammad
* Al-Habib Thoha
* Al-Habib Muhammad al-Qodhi
* Al-Habib Thoha
* Al-Habib Hasan
* Al-Habib Thoha
* Al-Habib Umar
* Al-Habib Hasyim
* Al-Habib Ali
* Al-Habib Muhammad Luthfi

Masa Pendidikan

Pendidikan pertama Maulana Habib Luthfi diterima dari ayahanda al Habib al Hafidz ‘Ali al Ghalib. Selanjutnya beliau belajar di Madrasah Salafiah. Guru-guru beliau di Madrasah itu diantaranya:

* Al Alim al ‘Alamah Sayid Ahmad bin ‘Ali bin Al Alamah al Qutb As Sayid ‘Ahmad bin Abdullah bin Thalib al Athas
* Sayid al Habib al ‘Alim Husain bin Sayid Hasyim bin Sayid Umar bin Sayid Thaha bin Yahya (paman beliau sendiri)
* Sayid al ‘Alim Abu Bakar bin Abdullah bin ‘Alawi bin Abdullah bin Muhammad al ‘Athas Bâ ‘Alawi
* Sayid ‘Al Alim Muhammad bin Husain bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib al ‘Athas Bâ ‘Alawi.

Beliau belajar di madrasah tersebut selama tiga tahun.

Perjalanan Ilmiah

Selanjutnya pada tahun 1959 M, beliau melanjutkan studinya ke pondok pesantren Benda Kerep, Cirebon. Kemudian Indramayu, Purwokerto dan Tegal. Setelah itu beliau melaksanakan ibadah haji serta menjiarahi datuknya Rasulullah Saw., disamping menimba ilmu dari ulama dua tanah Haram; Mekah-Madinah. Beliau menerima ilmu syari’ah, thariqah dan tasawuf dari para ulama-ulama besar, wali-wali Allah yang utama, guru-guru yang penguasaan ilmunya tidak diragukan lagi.

Dari Guru-guru tersebut beliau mendapat ijazah Khas (khusus), dan juga ‘Am (umum) dalam Da’wah dan nasyru syari’ah (menyebarkan syari’ah), thariqah, tashawuf, kitab-kitab hadits, tafsir, sanad, riwayat, dirayat, nahwu, kitab-kitab tauhid, tashwuf, bacaan-bacaan aurad, hizib-hizib, kitab-kitab shalawat, kitab thariqah, sanad-sanadnya, nasab, kitab-kitab kedokteran. Dan beliau juga mendapat ijazah untuk membai’at.

Silsilah Thariqah dan Baiat:

Al Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya mengambil thariqah dan hirqah Muhammadiah dari para tokoh ulama. Dari guru-gurunya beliau mendapat ijazah untuk membaiat dan menjadi mursyid. Diantara guru-gurunya itu adalah:

Thariqah Naqsyabandiah Khalidiyah dan Syadziliah al ‘Aliah

Dari Al Hafidz al Muhadits al Mufasir al Musnid al Alim al Alamah Ghauts az Zaman Sayidi Syekh Muhammad Ash’ad Abd Malik bin Qutb al Kabir al Imam al Alamah Sayidi Syekh Muhammad Ilyas bin Ali bi Hamid

* Sanad Naqsyabandiayah al Khalidiyah:

Sayidi Syekh ash’ad Abd Malik dari bapaknya Sayidi Syekh Muhammad Ilyas bin Ali bi Hamid dari Quth al Kabir Sayid Salaman Zuhdi dari Qutb al Arif Sulaiman al Quraimi dari Qutb al Arif Sayid Abdullah Afandi dari Qutb al Ghauts al Jami’ al Mujadid Maulana Muhammad Khalid sampai pada Qutb al Ghauts al Jami’ Sayidi Syah Muhammad Baha’udin an Naqsyabandi al Hasni.

* Syadziliyah :

Dari Sayidi Syekh Muhammad Ash’Ad Abd Malik dari al Alim al al Alamah Ahmad an Nahrawi al Maki dari Mufti Mekah-Madinah al Kabir Sayid Shalih al Hanafi ra.

Thariqah al ‘Alawiya al ‘Idrusyiah al ‘Atha’iyah al Hadadiah dan Yahyawiyah:

* Dari al Alim al Alamah Qutb al Kabir al Habib ‘Ali bin Husain al ‘Athas.
* Afrad Zamanihi Akabir Aulia al Alamah al habib Hasan bin Qutb al Ghauts Mufti al kabir al habib al Iamam ‘Utsman bin Abdullah bin ‘Aqil bin Yahya Bâ ‘Alawi.
* Al Ustadz al kabir al Muhadits al Musnid Sayidi al Al Alamah al Habib Abdullah bin Abd Qadir bin Ahmad Bilfaqih Bâ ‘Alawi.
* Al Alim al Alamah al Arif billah al Habib Ali bin Sayid Al Qutb Al Al Alamah Ahmad bin Abdullah bin Thalib al ‘Athas Bâ ‘Alawi.
* Al Alim al Arif billah al Habib Hasan bin Salim al ‘Athas Singapura.
* Al Alim al Alamah al Arif billah al Habib Umar bin Hafidz bin Syekh Abu Bakar bin Salim Bâ ‘Alawi.

Dari guru-guru tersebut beliau mendapat ijazah menjadi mursyid, hirqah dan ijazah untuk baiat, talqin dzikir khas dan ‘Am.

Thariqah Al Qadiriyah an Naqsyabandiyah:

* Dari Al Alim al Alamah tabahur dalam Ilmu syaria’at, thariqah, hakikat dan tashawuf Sayidi al Imam ‘Ali bin Umar bin Idrus bin Zain bin Qutb al Ghauts al Habib ‘Alawi Bâfaqih Bâ ‘Alawi Negara Bali. Sayid Ali bin Umar dari Al Alim al Alamah Auhad Akabir Ulama Sayidi Syekh Ahmad Khalil bin Abd Lathif Bangkalan. ra.

Dari kedua gurunya itu, al Habib Muhammad Luthfi mendapat ijazah menjadi mursyid, hirqah, talqin dzikir dan ijazah untuk bai’at talqin.

Jami’uthuruq (semua thariqat) dengan sanad dan silsilahnya:

Al Imam al Alim al Alamah al Muhadits al Musnid al Mufasir Qutb al Haramain Syekh Muhammad al Maliki bin Imam Sayid Mufti al Haramain ‘Alawi bin Abas al Maliki al Hasni al Husaini Mekah.

Dari beliau, Maulana Habib Luthfi mendapat ijazah mursyid, hirqah, talqin dzikir, bai’at khas, dan ‘Am, kitab-kitab karangan syekh Maliki, wirid-wirid, hizib-hizib, kitab-kitab hadis dan sanadnya.

Thariqah Tijaniah:

* Al Alim al Alamah Akabir Aulia al Kiram ra’su al Muhibin Ahli bait Sayidi Sa’id bin Armiya Giren Tegal. Kiyai Sa’id menerima dari dua gurunya; pertama Syekh’Ali bin Abu Bakar Bâsalamah. Syekh Ali bin Abu Bakar Bâsalamah menerima dari Sayid ‘Alawi al Maliki. Kedua Syekh Sa’id menerima langsung dari Sayid ‘Alawi al Maliki.

Dari Syekh Sa’id bin Armiya itu Maulana Habib Luthfi mendapat ijazah, talqin dzikir, dan menjadi mursyid dan ijazah bai’at untuk khas dan ‘am.

Tahapan-Tahapan Menuju Maqam Fana

Fana Dalam bahasa jawa berarti sepi, sunyi. Sementara fana dalam diri seseorang berarti besrihnya hati dari segala bentuk-bentuk keterkaitan, kebergantungan  kepada selain Allah Swt. Orang-orang yang ada dalam maqamatil fana (kedudukan fana), mereka  menuju kepada Allah Swt., tidak terkait, terpaut, kepada bentuk apapun. Bahkan pada kelebihan-kelebihan yang diberikan pada dirinya oleh Allah Swt., seperti inkisyaf, terbuka dan dapat mengetahui segala sesuatu. Dalam bahasa jawa inkisyaf itu adalah weruh sajeroning winara, mengetahui apa yang akan terjadi.
Tapi sebetulnya mengetahui sesuatu yang akan terjadi itu bukan bentuk kekasyafan yang hakiki, yang sebenarnya. Karena hakikat al kasyfi, hakikat dari weruh sajeroning winara tujuannya adalah untuk memebenarkan apa yang dibenarkan oleh syariat. Sehingga orang-orang yang dibuka penghalang hatinya (hijab) atau mendapatkan kekasyafan dapat melihat syariah bukan hanya kulitnya saja.

Ibarat melihat lautan sampai kedasar lautan, tidak sebatas melihat permukaannya saja. Sehingga mengetahui mutiara-mutiara yang terpendam didasarnya. Itulah sesungguhnya kekasyafan, bukan untuk menebak atau membuka rahasia orang. Justru orang yang bibuka hijab oleh Allah Swt, akan menutupi kekasyafannya. Karena dengan dibuka hijabnya  sehingga mereka bisa mengetahui aib, kekurangan dirinya sendiri yang menjadi penghalang-penghalang menuju Allah Swt. Dengan bersihnya hati, mereka dapat menerobos, menembus rahasia-rahasia Allah Swt. yang hanya diketahui orang tertentu.

Gambaran kekasyafan atau dibukanya hijab, seumpama dokter, dengan alat-alat canggih yang dimilikinya dapat mengetahui penyakit-penyakit yang tidak bisa dilihat oleh mata dan tidak diketahui dengan panca indra. Barangkali dapat dikatakan saat ini ilmu pengetahuan telah membuka inkisyaf secara saint. Seperti sinar X yang ditemukan tokoh-tokoh ilmuan bisa mengetahui sesuatu yang tersembunyi. Dengan bantuan sinar X seorang dokter dapat mengetahui penyakit yang tidak tampak, seperti benjolan-benjolan dalam tubuh yang tidak pada tempatnya. Benjolan penyakit yang tidak tampak pada permukaan kulit.

Demikian juga cairan-cairan dalam kepala bisa dilihat dengan bantuan sinar X. Itu baru ilmu yang secara lahir diberikan kepada manusia. Ilmu yang secara umum bisa dipelajari di bangku sekolah.  Tapi sinar X yang diberikan pada orang yang makrifatnya kuat, yang telah dibuka hijabnya, tidak sebatas itu. Lebih jauh pandangannya. Karena mereka telah menggapai mutiara-mutiara yang ada dalam syariat Allah Jala Wa’ala yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Maka dengan ketajaman makrifatnya yang luar biasa, bukan suatu hal yang mustahil dapat mengetahui yang tidak tampak bagi keumuman orang.

Dengan sinar X saja seseorang bisa mengatahui tengkorak dan tulang manusia. Yang ganteng, yang cantik kalau direntogen yang terlihat  bukan cantiknya lagi atau ganteng lagi, yang terlihat tengkoraknya dan tulangnya. Begitu pula ilmu kasyfi, bilamana orang sudah dibuka hijabnya oleh Allah Swt. akan bisa melihat tulang-tulang yang ada dalam diri manusia. Cuma berbentuknya lain, apa? Yang meninggalkan shalat, yang berbuat maksiat, kelihatan sekali bentuknya tidak lagi membentuk kegantengan atau  kecantikannya, yang kelihatan tulang belulangnya, Cuma dalam bentuk yang lain. Kalu kita bertanya, apa manusia bisa seperti itu? Kalau memandang manusianya tidak mungkin bisa, tapi kalau Allah Taala menghendaki dan memberinya, tidak ada yang mustahil.

Jangankan seorang mukmin, para pembesar tokoh agama dijaman Firaun, mereka tidak beriman, mereka bisa mengetahui akan lahir seorang nabi yang  akan melawan Firaun. Karena takutnya, Firaun membunuh setiap anak yang lahir. Mengapa Firaun melakukan hal itu? Karena dia mempercayai apa yang dikatakan oleh tokoh dalam agamanya. Dan terbukti itu benar, dengan lahirnya nabi Musa as. Demikian di jelaskan dalam al Quran. Nah orang seperti itu saja bisa diberi keanaehan, kelebihan oleh Allah Swt, apalagi orang yang beriman, yang menyebut ‘lâilâha illallah’.

Orang yang hatinya dihiasi oleh ‘lâilâha illallah’, orang yang hatinya disinari oleh ‘lâilâha illallah’, orang yang dalam hatinya terukir kata ‘lâilâha illallah’. Cahayanya menerangi matanya, bisa menerangi mulutnya, bisa menerangi lidahnya, bisa menerangi perilakunya. Sehingga seluruh anggota tubuhnya bisa dikendalikan. Karena apa? karena ukiran ‘lâilâha illallah’.
Sehingga hatinya selalu kembali kepada Allah Swt. Malu rasanya kalau kita duduk berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat, Malu rasanya kalau kita duduk membuka aibnya orang, malu rasanya kita mempercayai omongan orang yang menjelek-jelekan orang lain.
Itu semua tidak akan terjadi pada orang yang dalam hatinya telah terukir ‘lâilâha illallah’.

Ketika dia sujud mengucapkan: ‘subhâna rabiya al a’la wabihamdih’, maha suci tuhanku, dan segala puji baginya, bukan hanya sekedar sarat dalam shalat, atau karena itu peraturan shalat. Bacaan-bacaan itu diucapkan dengan pengagungan dan pengakuan yang sebenar-benarnya. kata-kata itu di ucapkan dengan betul-betul. Dirinya hilang (fana), sehingga mereka tidak pernah mengatakan siapa saya, saya si A, saya, si B, saya bisa ini, saya bisa itu, tidak. Dirinya hilang, yang ada adalah Allah Swt.

Dalam kesehariannya mereka dapat membawa buahnya ruku, buahnya sujud, buahnya fatihah, sehabis shalat yang dilakukannya. Itulah diantaranya yang dimaksud dengan fana.

sumber : Al Habib Muhammad Luthfi

Karakter Mukmin Dalam Maqam Fana

Orang yang sampai pada maqam fana adalah orang yang berhasil membawa nilai-nilai shalat dalam seluruh aspek hidupnya. Ketika dia mengucapkan kata ‘ihdina shirata al mustaqim’ dalam shalat, bukan hanya untuk dirinya, tapi mendoakan orang lain, untuk semuanya. Bahkan menganggap yang didoakan lebih baik daripada dirinya.
Itulah orang yang mendapat berkah as sujud. Dimana digambarkan secara jelas dalam surat Fatah ayat 29: “Muhammad Rasulullah walladzina maahu assyida’u ala al Kuffar, ruhama’u bainahum, tarâhum rukkaan, sujjadan, yabtaghuna fadzla minallah waridhwana, simahum fi wujuhihim min atsari sujud”, Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Mukanya bercahaya, buktinya apa? Wajahnya selalu tersenyum. Seperti Rasulullah Saw. ketika menghadapi bermacam-macam umat, wajah beliau selalu berseri-seri. Selalu paling dahulu mengucapkan salam.

Nah, orang yang dibuka hijabnya oleh Allah Swt.  akan membawa nilai-nilai itu (baca:shalat, puasa dll) dalam kesehariannya. Dia semakin takut pada Allah, tidak berani membuka aib siapapun. Saya memberi contoh dengan kisah Hasan al Bashri, menurut satu pendapat Sufyan Tsauri. Ketika Rabi’ah Adawiyah seorang wali wanita dilamar oleh Hasan al Bashri. Rabi’ah Adawiah mengatakan : ‘saya terima lamaran Anda kalau Anda bisa menjawab pertanyaan saya’. Apa pertanyaannya? Anda tahu tidak nanti saya kalau mati husnul khatimah atau suul khatimah? Yang bertanya wali wanita, yang ditanya pembesar para wali.
Apa jawaban Hasan Bashri? Beliau diam tidak menjawab, padahal beliau diberi tahu oleh Allah Swt.; mengetahui kalau Rabi’ah Adawiah akan husnul khatimah. Lebih baik tidak mendapatkan Rabi’ah Adawiah daripada suul adab, tidak sopan pada Allah Swt.  Tidak seperti sekarang, murah ramalan; awas akan terjadi ini, akan terjadi itu. Para wali tidak begitu, mereka takut sama Allah Swt. Para wali Allah yang sudah sampai pada maqamat al fana tidak tergiur dengan yang demikian.

Dijaman  Maulana Khalid al Mujadid para pelaku thariqah oleh Allah Swt. diberi karamah yang aneh-aneh; bisa terbang, bisa berjalan diatas air, besi ditekuk lemes. Sehingga banyak para pelaku thariqah yang hatinya terkait dengan hal yang demikian, akhirnya tidak bisa sampai (wusul) pada Allah Swt. Maka sewaktu Maulana Khalid memohon pada Allah Swt. supaya semua itu dihilangkan; yang terbang, jatuh; yang berjlan diatas air, tenggelam. Akhirnya setelah itu para pelaku thariqah kembali pada Allah Swt., tujuan para pelaku thariqat pada waktu itu lurus kembali.

Banyak orang salah paham; bisa melemaskan besi; thariqat, bisa bercakap-cakap sama orang yang ada dikubur; thariqat, bisa berjalan diatas air; thariqat. Thariqat itu bukan seperti itu. Thariqat itu membingbing setiap individu manusia dalam meningkatkan sisi kehambaannya di sisi Allah Swt., kesadarannya sebagai hamba Allah Swt. Itu tujuan thariqat.
Masuk thariqat supaya diangkat jadi wali; supaya bisa inkisyaf, bukan untuk itu. Tapi thariqat untuk menjalankan apa yang ada dalam  ihsan :’beribdahlah pada Allah seolah engkau dapat melihatNya. Jika tidak bisa, beribdahlah karena engkau dilihat Allah’ (HR: Al Bukhari 26. Muslim 93. Abu Dawud 4695. At Tirmidzi 2610. An Nasa’I 5005. Ibnu Majah 63. Ahmad jilid I, hal 28. Ibnu Hiban 168).               

Kalau kita sampai atau sudah mendekati maqam fana, hati itu bersih. Tidak akan seujung rambutpun berbuat kesyirikan. Dan bagaimana kita akan mengerti kesyirikan kalau hati kita banyak lupa pada Allah Swt., hatinya banyak lalai pada Allah Swt, hatinya lebih terkait pada selain Allah Swt. Thariqat itu untuk membersihkan hati kita, untuk membersihkan keterkaitan-keterkaitan itu. Keterkaitan atau ketergantungan hati pada selain Allah banyak sekli contohnya. Seperti juga keyakinan kita pada ikhtiar; usaha untuk  mendapatkan sesuatu dengan cara yang syar’i.
Betul ikhtiar wajib. Tapi ikhtiar bukan satu upaya untuk memponis pasti berhasil. Karena ikhtiar bukan Tuhan. Sejatinya ikhtiar untuk menambah ketaatan kita pada Allah, menambah ibadah kita pada Allah. Itulah ikhtiar. Kalau tidak ikhtiar darimana punya uang, mau makan dari mana kalau tidak ikhtiar, tidak boleh kita berkata dan berkeyakinan seperti itu.
Masalah rijki itu urusan Allah Swt., mau didatangkan melalui ikhtiar atau tidak yang penting kita melakukan ikhtiar, karena diperintahkan oleh Allah Swt. Jangan punya keyakinan; kalau tidak ikhtiar akan mati, karena ikhtiar bukan Tuhan. Mau diberi atau tidak, itu urusan Allah. Ikhtiar hakikatnya untuk menambah ibadah. Seperti kita salat berjamaah, kita berjalan menuju masjid. Berjalan menuju masjid adalah ikhtiar.

Inilah diantaranya yang kita maksud; harus membersihkan hati dari keterkaitan-keterkaitan pada selain Allah Swt.

sumber :  Al Habib Muhammad Luthfi


Mengenang Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas

Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas dilahirkan di kota Hajeriem, Hadramaut, pada tahun 1255 H. Pada masa kecilnya, beliau mendapat didikan langsung dari ayah beliau Al-Habib Abdullah bin Thalib Alatas.

Setelah dirasakan cukup menimba ilmu dari ayahnya, beliau kemudian meneruskan menuntut ilmu kepada para ulama besar yang ada di Hadramaut. Diantara para guru beliau adalah :

*      Al-Habib Hasan bin Ali Alkaff
*      Al-Habib Al-Qutub Sholeh bin Abdullah Alatas
*      Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Abdullah Alatas
*      Al-Habib Al-Qutub Thahir bin Umar Alhaddad
*      Al-Habib Al-Qutub Idrus bin Umar Alhabsyi
*      Al-Habib Ahmad bin Hasan bin Sholeh Al-Bahar
*      Al-Habib Muhammad bin Ibrahim Balfagih

Setelah ditempa oleh para ulama besar bahkan para Qutub yang ada di Hadramaut saat itu, keinginan beliau untuk menuntut ilmu seakan tak pernah luntur dan pupus. Hasrat beliau untuk menambah ilmu sedemikian hebat, sehingga untuk itu beliau kemudian melakukan perjalanan ke kota Makkah. Beliau banyak menjumpai ulama-ulama besar yang tinggal di kota Makkah saat itu.
Kesempatan baik ini tak beliau sia-siakan. Beliau berguru kepada mereka. Diantara ulama-ulama besar yang menjadi guru beliau disana adalah :

*      As-Sayyid Al-Allamah Ahmad bin Zaini Dahlan (Mufti Makkah saat itu)
*      Al-Habib Abdullah bin Muhammad Alhabsyi
*      Asy-Syaikh Muhammad bin Said Babsail
*      Al-Habib Salim bin Ahmad Alatas

Beliau Al-Habib Ahmad dengan giat dan tekun mengambil ilmu dari mereka. Sehingga tak terasa sudah 12 tahun beliau jalani untuk menimba ilmu disana. Beliau terus mengembangkan keilmuannya, sehingga kapasitas beliau sebagai seorang ulama diakui oleh para ulama kota Makkah saat itu.

Beliau kemudian dianjurkan oleh guru beliau, As-Sayyid Al-Allamah Ahmad bin Zaini Dahlan, untuk memulai terjun ke masyarakat, mengajarkan ilmu dan berdakwah. Mula-mula beliau berdakwah di pinggiran kota Makkah. Beliau tinggal disana selama 7 tahun. Dalam kurun waktu itu, kegiatan dakwah selalu aktif beliau lakukan disana.

Kemudian beliau berkeinginan untuk melanjutkan perjalanan dakwah beliau ke Indonesia. Beliau sampai disini diperkirakan sekitar tahun 1295-1300 H. Setibanya beliau di Indonesia, beliau menuju ke kota Pekalongan dan menetap disana.

Di kota Pekalongan beliau selalu aktif meneruskan kegiatan-kegiatan dakwahnya. Beliau tidak ambil pusing dengan urusan-urusan duniawi. Semua fikrah beliau semata ditujukan untuk kepentingan dakwah. Waktu beliau selalu terisi dengan dakwah, ibadah, dzikir kepada Allah dan rajin membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. Selain itu, ilmu beliau selalu tampak bercahaya, terpancar melalui akhlak beliau yang mulia. Beliau selalu berperilaku baik, penyayang dan lemah lembut terhadap sesama.

Akan tetapi itupun tidak meniadakan sikap beliau yang selalu ber-nahi mungkar. Jika beliau melihat seseorang yang melakukan suatu kemungkaran, beliau tidak segan-segan untuk menegurnya.

Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut beliau, selalu beliau ucapkan dengan shidq. Beliau tidak perduli terhadap siapapun jika ada hak-hak Allah yang dilanggar di hadapan beliau. Sehingga berkat beliau, izzul Islam wal Muslimin tampak terang benderang, menyinari kota Pekalongan.

Disamping itu, dari sebagian jasa-jasa baik beliau, beliau membangun beberapa masjid dan madrasah Salafiyah, yang berjalan pada thariqah para salaf beliau yang shaleh. Rumah beliau selalu penuh dengan tamu dan beliau sambut dengan ramah-tamah. Inilah akhlak beliau yang mensuri-tauladani akhlak dan perilaku datuk-datuk beliau.

Sampai akhirnya beliau dipangil ke hadratillah, pergi menuju keridhaan Allah. Beliau wafat pada tanggal 24 Rajab 1347 H di kota Pekalongan dan dimakamkan disana. Masyarakat berbondong-bondong mengiringi kepergian beliau menghadap Allah. Derai keharuan sangat terasa, membawa suasana syahdu…

Selang setahun kepergian beliau, untuk menghidupkan kembali kesuri-tauladan dan mengenang jasa-jasa baik beliau, setiap tahun di kota tersebut diadakan Haul beliau. Haul tersebut banyak
dihadiri oleh berbagai kalangan umat Islam. Mereka berduyun-duyun dari berbagai kota hadir disana, demi mengenang kehidupan beliau…demi menjemput datangnya nafaahat dan imdaadat.
Habib Ahmad bin Andullah bin Thalib Al-Atthas dikenal sebagai pribadi yang sederhana. Hampir seluruh waktunya habis untuk belajar dan mengajar; melakukan syiar agama islam melalui berbagai pengajian, memberi contoh dengan perbuatannya dan menjadi imam di Masjid Wakaf dekat tempat tinggalnya. Beliau juga dikenal sebagai pribadi istiqamah, tegas memperjuangkan Amar ma’ruf nahi munkar, keras dan tidak pandang bulu, mengatakan yang benar itu benar dan salah itu salah.
Sikap inilah yang membuatnya menjadi tokoh yang diperhitungkan. Sebaliknya, beliau menangis bila mengingat bahwa kelak kita akan menjadi penghuni kubur. Sebab umur kita pendek, dan hidup di dunia ini lebih banyak tipuan. Beliau juga dikenal sebagai orang yang luas ilmunya, sehingga menguasai permasalahan yang ada di masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, beliau sangat sopan dan dicintai banyak orang. Beliau memberikan teladan, sangat kuat amalannya, baik yang wajib maupun yang sunah. Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas dikenal dengan keketatannya pada kaidah pakaian wanita muslim. Orang-orang di kota Pekalongan tahu betul akan hal itu, dan para wanitanya tidak pernah berani berjalan di antara rumahnya dan masjid tanpa menutupi tubuhnya secara ketat.
Pada suatu hari, seorang wanita asing berpakaian impor, yang tampaknya tak memahami keadaan , berjalan di lokasi itu tanpa menutup kepala. Ia berpapasan dengan Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas, dan tiba-tiba sang sufi memukul wanita itu dengan tongkatnya.
Bagi Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas, itu merupakan kewajiban yang harus beliau lakukan.
Orang-orang mengerumuni wanita itu danmenjelaskan situasinya, meminta ia melupakan kejadian itu. Namun, wanita tersebut mengadukan hal itu ke kantor polisi yang di kepalai seorang Belanda. Kepala polisi memerintahkan para pembantu polisi Jawa yang muslim untuk menangkap Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas. Mereka tahu betul siapa Sufi tersebut, dan memilih menolak perintah kepala polisi Belanda itu.

Si kepala polisi menjadi tertarik dan pergi ke rumah Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas sendiri. Namun ia kembali dan tidak melakukan apapun.
“Pada mulanya saya mau menangkap Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas. Tapi saya melihat dua ekor Harimau berada di sebelah kanan dan kirinya.”
Kata kepala polisi kepada anak buahnya.
Sebagai seorang Ulama, Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas dikenal cerdas dan kreatif. Salah satu kecemerlangan pemikiran beliau tampak pada idenya membentuk pendidikan sistim klasikal. Beliaulah orang yang membangun Madarasah salafiah Ibtidaiyah secara klasikal pertama di Pekalongan.

Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas wafat tahun 1929 M di Pekalongan. Sebuah tempat keramat dibangun di makamnya. Dan puteranya, Habib Ali, mulai menggelar haulnya, yang menarik ribuan jemaah setiap tahun. Belakangan yang merawat tempat keramat itu adalah Habib Abdullah Al-Baqir Al-Atthas, cucu Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas.

(Dikutip dari http://indo.hadhramaut.info/view/2567.aspx dan Al Kisah No. 21 / tahun III / 10-23 Oktober 2005 & No.23 / tahun II / 8-21 Nov-2004 & No.20 / tahun III / 26 September - 9 Oktober 2005)

MEMORY PENGOBATAN MASSAL JEPARA GELOMBANG 1









MEMORY WAYANGAN DI PADEPOKAN





SILSILAH KYAI AGENG SECO GATI / R. PURBOYO SIREGOL - TLAHAB KIDUL - KARANGREJA – PURBALINGGA

Diriwayatkan oleh:
KH. R. Ng. Abi Mansyur / R. Ng. Seco Negoro / Ki. Bodo bin R. Seco Sudiro bin R. Seco Prawiro bin R. Seco Nonggo bin Seco Dipuro bin Seco Wiguno bin Seco Nonggo.
( Sesepuh PP. Ki. Bodo. Sukorejo – Kendal )

Ditulis oleh:
            KH. R. Drs. Gigik Kusiaji / Ki. Santri 
            ( Pengasuh PP. Ki. Bodo. Sukorejo Kendal )

اسماْ كسلامتان

بسم الله الذي لااله الا هوالحي القيوم . بسم الله الذي لااله الا هو ذالجلال والاكرام . بسم الله الذي لايضر مع اسمه شيئ فالارض ولا فى السماْ وهو سميع العليم . بسم الله ما شاْ الله لا ييسوق الخير الا الله. بسم الله ما شا الله لايصرف السؤ الا الله . بسم الله ما شاْ الله ماكان من نعمة فمن الله . بسم الله ما شاْ الله لاحول ولا قوة الا بالله العلي العظيم
( فواصا تيغا هاري, ستله صلاة دي بجاX  3)
نرد بك الاْعدا من كل وجهة وبا لاسم نرميهم من البعد بالشتت .X  7 
يا قاهير يا ذالبطش الديد انت الجبار الذي لايطا ق انتقا مه  عقدت اْيديكم وارجلكم باءذناللهX .  7

PRABU AJI SAKA / SYEH ABU MALIK


HA       :     hanakna urip ira kang sejati
NA      :     ningna dawuhe pengeran
CA       :     cakepa piwulang sepuh
RA       :     Rasakna singnganti tembus
KA      :     kalimput kalingkalingan padang
DA       :     dalane dumadi sing endi
TA       :     tatang titis tetengono
SA       :     sasapana barang sing murni
WA      :     wadahana ilmu sejati
LA       :     lali iling samestine
PA       :     patrap mupuk inahana
DA       :     dasarana sabar lan iling
JO        :     jajangana mumpung isih urip
YO      :     yektine tindak ira
NYO   :     nyatakna pribadimu
MA      :     mertobato mring kang gawe urip
GA       :     gagapana bener lan luputmu
BO       :     bapa biyung kaweruhana
THA    :     thathuknya supaya ketemu
NGA    :     ngalumpuke sakaliring dumadi

SILSILAH SYEH MUHAMMAD SUHUD (KI AGENG GURU) MEKARSARI – SURJO – BAWANG - BATANG

Ditulis oleh: 1. KH. RNg. Abi Mansyur / Ki. Bodo
                     2. KH. R. Drs. G. Kusiaji / Ki. Santri

Jumat, 07 Januari 2011

INILAH CARA MENJALANI HIDUP

Rahasia kebahagiaan adalah memusatkan perhatian pada kebaikan dalam diri orang lain. Sebab, hidup bagaikan lukisan: Untuk melihat keindahan lukisan yang terbaik sekalipun, lihatlah di bawah sinar yang terang, bukan di tempat yang tertutup dan gelap sama halnya sebuah gudang.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak menghindari kesulitan. Dengan memanjat bukit, bukan meluncurinya, kaki seseorang tumbuh menjadi kuat.

Rahasia kebahagiaan adalah melakukan segala sesuatu bagi orang lain. Air yang tak mengalir tidak berkembang. Namun, air yang mengalir dengan bebas selalu segar dan jernih.

Rahasia kebahagiaan adalah belajar dari orang lain, dan bukan mencoba mengajari mereka. Semakin Anda menunjukkan seberapa banyak Anda tahu, semakin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam pengetahuan Anda. Mengapa bebek disebut “bodoh”? Karena terlalu banyak bercuap-cuap.

Rahasia kebahagiaan adalah kebaikan hati: memandang orang lain sebagai anggota keluarga besar Anda. Sebab, setiap ciptaan adalah milik Anda. Kita semua adalah ciptaan TUHAN yang satu.

Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama orang lain, sebagai sahabat, dan bukan menertawakan mereka, sebagai hakim.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak sombong. Bila Anda menganggap mereka penting, Anda akan memiliki sahabat ke manapun Anda pergi. Ingatlah bahwa musang yang paling besar akan mengeluarkan bau yang paling menyengat.

Kebahagiaan datang kepada mereka yang memberikan cintanya secara bebas, yang tidak meminta orang lain mencintai mereka terlebih dahulu. Bermurah hatilah seperti mentari yang memancarkan sinarnya tanpa terlebih dahulu bertanya apakah orang-orang patut menerima kehangatannya.

Kebahagiaan berarti menerima apapun yang datang, dan selalu mengatakan kepada diri sendiri “Aku bebas dalam diriku”.

Kebahagiaan berarti membuat orang lain bahagia. Padang rumput yang penuh bunga membutuhkan pohon-pohon di sekelilingnya, bukan bangunan-bangunan beton yang kaku. Kelilingilah padang hidup Anda dengan kebahagiaan.

Kebahagiaan berasal dari menerima orang lain sebagaimana adanya; nyatanya menginginkan mereka bukan sebagaimana adanya. Betapa akan membosankan hidup ini jika setiap orang sama. Bukankah taman pun akan tampak janggal bila semua bunganya berwarna ungu?

Rahasia kebahagiaan adalah menjaga agar hati Anda terbuka bagi orang lain, dan bagi pengalaman-pengalam an hidup. Hati laksana pintu sebuah rumah. Cahaya matahari hanya dapat masuk bilamana pintu rumah itu terbuka lebar.

Rahasia kebahagiaan adalah memahami bahwa persahabatan jauh lebih berharga daripada barang; lebih berharga daripada mengurusi urusan sendiri; lebih berharga daripada bersikukuh pada kebenaran dalam perkara-perkara! yang tidak prinsipiil.

Renungkan setiap rahasia yang ada di dalamnya.

PESAN HIDUP DI TAHUN BARU DARI GURU

Manungso yen arep oleh kamulyan kuwi di uji dening Gusti Allah,
yen lulus yo mulyo lan yen gagal yo rekoso.
Pawitane ngadepi sing koyo kuwi yo sabar, tawakal, iklas lan nerimo. 
Dzikir, ndonga sing tenanan lan usaha yo sing tenanan.


Manusia kalau akan mendapatkan kemuliaan itu di uji oleh Allah swt
kalau lulus ya mulia dan kalau gagal sengsara.
Modal untuk menghadapi yang seperti itu ya sabar, tawakal, iklas dan menerima.
Dzikir, berdo'a yang sungguh-sungguh dan usaha juga yang sekuat tenaga.