Selasa, 28 September 2010

kedamaian

Kali ini seorang raja mengadakan sayembara membuat lukisan bertema kedamaian. Banyak seniman mendaftarkan karyanya mengikuti sayembara tersebut. Dari ratusan lukisan yang dikirm, hanya dua buah yang dianggapnya layak. Nantinya, raja akan menentukan satu di antara kedua lukisan tersebut sebagai pemenang.
Lukisan pertama berupa pemandangan sebuah danau luas dengan air jernih membiru. Permukaan airnya yang tenang bak mencerminkan alam indah dikelilingi gunung-gunung menjulang tinggi. Suasana alam itu terasa damai dalam selimut birunya langit yang dihiasi awan putih tipis. Siapa pun yang melihat pasti akan mengatakan lukisan itu menggambarkan kedamaian.
Kanvas kedua melukiskan pegunungan yang gundul dengan jurang dan lereng terjal. Di atas terlihat langit gelap dengan awan tebal. Butiran-butiran air hujan yang amat deras tampak berkilat-kilat tak ramah karena pantulan kilatan petir. di bawah lereng gunung, tertumpah air terjun yang berbuih-buih. Dari pemandangan ini memang tidak terlihat ada suasana kedamaian.
Namun ketika Raja memeriksa lebih lanjut lukisan tersebut, ia melihat dibalikj air terjun itu ada semak kecil yang tumbuh pada sebuah seruk batu cadas. Didalam semak tersebut seekor induk burung sedang membangun sarangnya. Disitulah, di tengah-tengah riak dan kerasnya deburan air terjun, burung tersebut mengeram telur-telurnya. Sungguh pemandangan yang penuh kedamaian.
Akhirnya Sang Raja memilih lukisan kedua sebagai pemenangnya. “karena”,ujar Raja,” kedamaian tidak tergantung pada tempat yang hening dan sepi. Tidak selalu harus tanpa kesulitan, dan kerja keras. Tapi kedamaian bisa tercipta di tengah suasana hiruk pikuk dan yang penting hatimu tenang dan bisa terus berkarya.”
Bisa jadi inilah yang dimaksudkan oleh David Herbert Lawrence penulis inggris yang kontroversial dalam Reflection on the Death of a porcupine and Other Essays (1925), ... Memang tidak menyenangkan kalau harus berperang melawan lingkungan sekitar. Tetapi terkadang itu adalah satu-satunya cara untuk bisa mempertahankan kedamaian jiwa. Kedamaian kehidupan, perjuangan hidup manusia.

Minggu, 19 September 2010

GUru terbaik itu pengalaman

Kesusahan adalah jalan yang pertama dalam menuju kebenaran, kesengsaraan itu adalah guru yang baik, harta benda melemahkan tetapi kesusahan melatih dan menguatkan jiwa. Kemakmuran dan kesenangan itu bukanlah penimbang yang adil, tetapi kesusahan yang dapat mengukur dan menimbang siapa sahabat yang sejati. Kemiskinan tidak melazimkan kesengsaraan, tetapi kebodohan dan kemalasan membawa kemunduran.
Belajarlah berenang didalam lautan kesukaran, hidupnya akan kuat, orang yang menderita hidup jiwanya kuat. Dan orang yang ditimpa kesusahan dia akan ingan pada Tuhan.
Kesusahan itu datangnya tak diundang, tetapi ia tidak akan pergi kalau ia tidak diusir. Didalam kegagalan dan kesusahan itu tersembunyi pengalaman, rahasia hidup dan nasehat-nasehat kebijaksanaan yang berharga. Orang yang banyak cobaannya maka ilmunya akan bertambah-tambah. Dari kesusahan itu akan didapat kesenangan. Sebab durian berduri lantaran enak isinya, kulit manggis pahit lantaran manis didalamnya. Siapa membelah ruyung akan dapat sagunya. Dalam kesusahaan jangan lupa pengharapan dan dalam kesenangan jangan lupa tujuan. Dari kesusahan dapat pengalaman, dari kesalahan dapat kesempurnaan, dari kekhilafan dapat kesadaran.

Bukan suka cita dan bukan pula duka cita yang menjadi tujuan hidup kita, tetapi berjuang, berbuat, agar kita setiap hari lebih maju daripada hari-hari yang mendahuluinya. Keyakinan yang mendalam membuat orang kebal terhadap ejekan-ejekan dan hinaan-hinaan. Seorang optimis adalah orang yang mengambil air dingin yang disiram diatas idenya, dipanaskan dengan harapan dan menggunakan uapnya untuk maju.
Orang yang pernah jatuh itu biasa, tetapi orang yang jatuh bangun kembali itu yang luar biasa. Malas adalah kuburan bagi orang hidup. Bukan yang kuat, tetapi yang uletlah menjadikan mereka besar.


Delapan yang membuat muka bercahaya :

1. Kesehatan terjaga
2. kegembiraan
3. sinar pengetahuan
4. kesucian bathin
5. kekuatan keimanan
6. tidak banyak dosa
7. hidup optimis
8. berani dan sabar


Pikirkanlah

Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya.
Ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya.
Keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan kejahatan.
Kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya akan kehormatan dirinya.
Nilai seseorang sesuai dengan sesuatu yang dikerjakannya.
Semua cacat dirimu akan tertap tersembunyi dan tertutup selama kemujuran masih bersamamu.
Barang siapa mengangkat dirinya sebagai pemimpin, hendaklan ia mengajari dirinya sebelum mengajari orang lain. Dan hendaklah ia mendidik dirinya sendiri dengan cara memperbaiki tingkah lakunya sebelum mendidik orang lain dengan ucapan lidahnya. Orang yang menjadi pendidik bagi dirinya sendiri lebih patut dihormati daripada yang mengajari orang lain.
Jangan menerjang resiko yang amat besar demi mengharapkan keuntungan yang lebih besar, dan jangan membiarkan dirimu terombang ambing oleh sikap keras kepalamu. Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab. Meneliti dan mengenal diri sendiri adalah kunci rahasia mengenal Allah. Barang siapa hendak membereskan rumah tangganya harus lebnih dahulu membereskan dirinya. Lebih baik menjadi binatang berhati manusia dari pada manusia berhati binatang.


INSAN KAMIL

Insan kamil adalah insan yang selalu meningkatkan kesempurnaan, selalu memandang hina akan perkara yang pantas dihinakan dan selalu pula memuliakan barang yang patut dimuliakan.
Segala pekerjaan itu tidak ada yang rendah atau hina. Hinanya pekerjaan atau mata pencaharian ialah lantaran peragai hidupnya saat mengerjakannya. Orang yang tau harga diri bukanlah sombong, dia rendah hati, mudah dalam pergaulan, tidak lekas tertawa ketika tertarik, tidak lekas marah ketika tersinggung.
Orang yang menonjol-nonjolkan asal keturunannya adalah orang yang tidak sanggup berusaha sendiri untuk menjadikan dirinya besar.
Tidak menghargai jasa dan tidak menghargai kelebihan orang lain adalah alamat kekecilan jiwa. Orang yang percaya akan dirinya, tidaklah melupakan jasa dan memandang ringan keutamaan orang lain. Mengetahui kekurangan diri adalah tangga buat mencapai cita-cita. Berusaha terus untuk mengisi kekurangan adalah keberanian luar biasa.


Jumat, 10 September 2010

Cita-citaku


aku nyalakan semangatku meraih cita-cita dengan api harapan
aku dorong maju dengan uap kesabaran
aku gapai cita-citaku dengan tangan iman
aku nikmati hasilnya dengan perasaan tawakal..

Lebih baik sehari menjadi harimau daripada setahun menjadi kambing...

orang jatuh itu biasa,
siapa yang jatuh belumlah boleh dikatakan kalah..
siapa yang jatuh bangkit kembali itu luar biasa..
siapa yang jatuh dan putus asa, itu sebenarnya yang kalah

KEPUTUSAN MUKTAMAR KE I JAMI’IYAH AHLITHORIQOH AL MU’TABAROH DI TEGALREJO – MAGELANG 18 RABIUL AWAL 1377 H / 12 OKTOBER 1957 M

THORIQOH MU’TABAROH ADA 44 MACAM:
1. NAQSYABANDIYYAH. 23.BAIRUMIYYAH.
2. QADIRIYYAH. 24. USYSYAQIYYAH.
3. SYADZILIYYAH. 25. BAKRIYYAH.
4. SYATHARIYYAH. 26. IDRUSIYYAH.
5. UMARIYYAH. 27. UTSMANIYYAH.
6. RIFA’IYYAH. 28. ALAWIYYAH.
7. AHMADIYYAH. 29. ABBASIYYAH.
8. DASUQIYYAH. 30. ZAINIYYAH.
9. AKBARIYYAH. 31. ISAWIYYAH.
10. MAULAWIYYAH. 32. BUHURIYYAH.
11. KUBRAWIYYAH. 33. HADDADIYYAH.
12. SAHRAWARDIYYAH. 34. GHAIBIYYAH.
13. KHALWATIYYAH. 35. KHADHIRIYYAH.
14. JALWATIYYAH. 36. BAYUMIYYAH.
15. BAKDASYIYYAH. 37. MALAMIYYAH.
16. GHAZALIYYAH. 38. UWAISIYYAH.
17. RUMIYAH. 39. IDRIYYAH.
18. SA’DIYYAH. 40. AKABIRAL AULIYYAH.
19. GISTIYYAH. 41. MATBULIYYAH.
20. SYA’BANIYYAH. 42. SUNBULIYYAH.
21. KALSYANIYYAH. 43. TIJANIYYAH.
22. HAMZAWIYYAH. 44. SAMANIYYAH.

1. MASUK THARIQAH HUKUMNYA FARDHU AIN: JIKALAU YANG DIKEHENDAKI MASUK THARIQOH ITU BELAJAR MEMBERSIHKAN HATI DARI SIFAT – SIFAT YANG RENDAH DAN MENGHIASI SIFAT – SIFAT YANG DIPUJI. ( AL-MA’AARIF AL-MUHAMMADIYYAH, HAL 81)
2. MASUK THARIQAH HUKUMNYA SUNAH: JIKALAU KHUSUS UNTUK DZIKIR DAN WIRID. ( AL-MA’AARIF ALMUHAMMADIYYAH, HAL 81)
3. APABILA MENGHENDAKI DUA THARIQAH ATAU LEBIH BANYAK, BOLEH DAN TIDAKMENGAPA. INI SESUAI DENGAN KETERANGAN SYAIKH DAHLAWI. (AL-BAHJAH AL-SANIYYAH,HAL 82).
4. SANAD PARA WALI KEPADA RASULULLAH SAW ITU SAHIH DAN SAHIH PULA HADITS BAHWA ALI. RA. PERNAH BERTANYA KEPADA NABI: “WAHAI ROSULULLAH TUNJUKANLAH PADAKU JALAN TERDEKAT PADA ALLAH YANG PALING MUDAH BAGI HAMBA-HAMBA-NYA DAN YANG PALING UTAMA BAGI ALLAH”.ROSULULLAH BERSABDA:” KIAMAT TIDAK AKAN TERJADI KETIKA DIMUKA BUMI MASIH TERDAPAT ORANG YANG MENGUCAPKAN “ALLAH”. (AL-MA’AARIF AL-MUHAMMADIYYAH, HAL 81).

ILMU TANGGUH KERIS

Ilmu tangguh adalah pengetahuan (kawruh) untuk memperkirakan jaman pembuatan keris, dengan cara meneliti ciri khas atau gaya pada rancang bangun keris, jenis besi keris dan pamornya.
Dalam catatan kuno, dituliskan ciri-ciri secara tertulis. Notasi itu meyakini akan adanya sebuah gaya atau langgam dari setiap kerajaan. Artinya pada jaman Majapahit diyakini kerisnya memiliki beberapa ciri gaya atau langgam yang seragam. Begitu pula jaman kerajaan Mataram dan seterusnya jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat diyakini memiliki gayanya masing-masing. Keyakinan terhadap bahan besi dan pamor juga menjadi panduan dalam ilmu tangguh ini.
Adapun pembagian tahapan-tahapan zaman itu adalah sebagai berikut:
1. Kuno
(Budho) tahun 125 M – 1125 M
meliputi kerajaan-kerajaan: Purwacarita, Medang Siwanda, Medang Kamulan, Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, Pengging Witaradya, Kahuripan dan Kediri.

2. Madyo Kuno
(Kuno Pertengahan) tahun 1126 M – 1250 M.
Meliputi kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Pajajaran dan Cirebon.

3. Sepuh Tengah
(Tua Pertengahan) tahun 1251 M – 1459 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, Majapahit dan Blambangan.

4. Tengahan
(Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram

5. Nom
(Muda) tahun 1614 M – 1945
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Kartasura dan Surakarta.

6. Kamardikan 1945 hingga seterusnya.
Adalah keris yang diciptakan setelah Indonesia merdeka, 1945.
Pada waktu itu pun raja di Surakarta Hadiningrat ke XII mendapat julukan Sinuhun Hamardika. Keris yang diciptakan pada era ini masuk dalam penggolongan keris kamardikan.

Tangguh merupakan seni yang digandrungi oleh komunitas pecinta keris, karena disini terletak suatu seni dalam nilai kemampuan; semacam uji kemampuan dari sesama penggemar keris. Tangguh juga menjadi sebuah nilai pada harga sebilah keris ... sesuai trend yang ada dari masa ke masa.
Tangguh dalam kamus bahasa Jawa (S. Prawiroatmodjo) diartikan sebagai ’boleh dipercaya’, ’tenggang’, ’waktu yang baik’, ’sangka’, ’persangkaan’, ’gaya’, ’lembaga’, ’macam’ (keris).
Namun demikian, tuntutan modernitas dan keinginan yang kritis (sisi ilmiah) masa kini, tangguh dituntut menjadi pasti (exact), artinya ilmu tangguh akan bergeser menyesuaikan jaman untuk dapat melengkapi salah satu kriteria dalam melakukan sertifikasi sebilah keris. Tuntutan ini adalah hal yang realistik karena generasi muda tak lagi menyanjung ’sesepuh’ yang belum tentu memiliki wawasan yang benar. Penyanjungan sesepuh adalah ciri etnografis dari budaya paternalistik dalam sub kultur Jawa (Nusantara). Namun demikian ’ilmu tangguh’ harus tetap dipertahankan keberadaannya, kepercayaan pada sesepuh akan bergeser pada sertifikasi suatu badan bahkan mungkin institusional berskala nasional.
Dalam sisi pandang yang kritikal pada abad modern ini, tangguh menjadi sebuah rangsangan baru untuk meneliti secara lebih pasti, betul dan tepat (exact) menentukan sebilah tangguh keris. Maka tingkat pengetahuan yang tertuang pada masa dulu melalui catatan, buku dan naskah kuno menjadi sebuah catatan yang masih kurang memenuhi hasrat keingin-tahuan perkerisan pada saat sekarang. Catatan atau buku kuno tidak melampirkan contoh sketsa atau foto apa yang dimaksudkan pada uraiannya. Tulisan kuno tentang tangguh juga belum bisa menjamin si penulis adalah orang mengetahui keris, bisa jadi penulis adalah seorang pujangga yang menulis secara puitis, karena waktu itu memang tidak memiliki target bahwa tulisannya akan menjadi sebuah kawruh yang meningkat menjadi ilmu seni menangguh.
Ilmu tangguh sering menjadi sebuah polemik, karena terkendala oleh banyak hal, antara lain; kendala wawasan, kendala tempat (domisili atau keberadaan), kendala oleh narasumber yang sebetulnya berskala lokal, kendala oleh karena minat atau selera pada jenis keris dan banyak sekali hal-hal yang memancing perdebatan.
Salah satu cara untuk membangun sebuah ”ilmu tangguh” yang representatif tentu harus melakukan pendataan dan penelitian ulang, salah satunya adalah dengan meneliti penyesuaian antara keris penemuan (artefak) dengan situsnya (geografis); meneliti dan mengkaji ulang catatan kuno dan memperbandingkannya satu buku dengan buku yang lain. Saat ini pun di perpustakaan keraton masih banyak sumber yang dapat menjadi referensi, baik buku-buku bahkan contoh keris berserta kekancingannya.

Dibawah ini ciri-ciri sebuah keris dan tangguhnya :
Jenggala
Ganja pendek, wadidangnya tegak, ada-ada seperti punggung sapi, besi padat-halus dan hitam pekat, pamor seperti rambut putih dan sogokan tanpa pamor.

Pajajaran
Ganja ambatok mengkurep, berbulu lembut, sirah cecak panjang, besi berserat dan kering, potongan bilah ramping, pamor seperti lemak/gajih, blumbangan atau pejetan lebar, sogokan agak lebar dan pendek.

Majapahit
Potongan bilah agak kecil/ramping, ganja sebit rontal kecil luwes, sirah cecak pendek dan meruncing, odo-odo tajam, besi berat dan hitam. Pamor ngrambut berserat panjang-panjang. Pasikutan keris Wingit.

Tuban
Ganja berbentuk tinggi – berbulu, sirah cecak tumpul, pamor menyebar, potongan bilah cembung dan lebar.

Bali
Ukuran bilah besar dan panjang, lebih besar dari ukuran keris jawa, besi berkilau, pamor besar halus dan berkilau.

Madura Tua
Besi kasar dan berat, sekar kacang tumpul dan pamor besar-besar/agal

Mataram
Bentuk ganja seperti cecak menangkap mangsa, sogokan berpamor penuh, sekar kacang seperti gelung wayang, pamor tampak kokoh, dan atas puyuan timbul/menyembul (ujung sogokan)

Kartosura
Besi agak kasar, bila ditimang agak berat, bilah lebih gemuk, ganja berkepala cicak yang meruncing

Surakarta
Bilah seperti daun singkong, besi halus, pamor menyebar, puyuan meruncing, gulu meled pada ganja pendek, odo-odo dan bagian lainnya tampak manis dan luwes.

Yogyakarta
Ganja menggantung, besi halus dan berat, pamor menyebar penuh keseluruh bagian bilah.

RIWAYAT SINGKAT WALIYULLAH SYAYYID ROBBIBINUR BIN SYAYYID ABDULMAJID / WALI BIRU

KEDATANGAN DITANAH JAWA
Sekitar tahun 1417 M, Syayyid Robbinur yang berasal dari Hadra maut – Yaman berangkat bersama saudara – saudaranya yang sesama Habaib, seperti: Syayyid Shonhaji ( Mbah Bolong - Ampel ) , Syayyid Ahmad Faqih ( Mbah Kaliagung – Tirem – Gresik ), Syayyid Silbani ( Wales – Blado ), Syayyid Laduni ( Kebagusan – Jeporo ), dll. Keberangkatan mereka ketanah Jawa atas petunjuk Syayyid Abdulmajid yang mendapat petunjuk dari Allah, agar mereka berguru kepada Syayyid Ali Rohmatullah / Sunan Ampel di Padepokan / Pesantren Ampel Dento Surabaya. Sesampainya di Ampel, rombongan yang dipimpin oleh Syayyid Robbibinur diterima oleh Sunan Ampel dengan senang hati, bahkan semua fasilitas sudah disiapkan. Mereka sangat terkejut ketika Sunan Ampel memberitahukan kepada rombongan bahwa dia sering kontak dengan Syayyid Abdulmajid.

BELAJAR DAN MENIKAH
Syayyid Robbibinur beserta saudaranya belajar dengan rajin, tekun dan penuh kesabaran. Sesama santri dia tidak mau dibedakan atau membeda bedakan, tidak melihat keturunan, golongan, bangsa dsb, yang penting seiman dan merasa sama – sama mahluk Allah. Karena kemampuanya yang sangat tinggi dan semangat belajar yang besar serta dilandasi sikap sopan santun itulah yang membuat Syayyid Robbibinur sangat menonjol diantara sesama santri. Selain menguasai ilmu agama lahir batin juga menguasai ilmu kanuragan / silat, tata negara dan tataperang, perdagangan juga pertanian. Karena itulah Syeh Nurhadi / Sunan Bungkul – Surabaya ingin menjadikanya menantu. Dengan seijin Sunan Ampel akhirnya menjadi menantu Sunan Bungkul dan dikaruniai putra yang bernama Syayyid Sholeh / Mbah Sholeh. Mbah Sholeh oleh ayahnya disuruh mengabdi kepada Sunan Ampel sampai wafat. Mbah Sholeh pernah hidup mati sampai sembilan kali dan dimakamkan didepan masjid Ampel – Surabaya. Selain itu Syayyid Robbinur yang membikin sayembara buah delima wulung, yangmana siapa yang mampu mengambil buah delima dari pohonya akan dijodohkan dengan adik ipar perempuanya. Banyak Pangeran, Bangsawan, Kiai dan santri, juga pendekar yang mengikuti sayembara itu. Akhirnya yang bisa memenangkan sayembara itu adalah Sunan Giri Gresik.

PERJALANAN DA’WAH
Syayyid Robbibinur mendapat tugas dari Sunan Ampel untuk berda’wah keliling Jawa Timur. Dengan penuh semangat, tekun dan sopan santun membuat da’wahnya berhasil dimana – mana, sehingga hal ini didengar oleh para wali dan ulama’, bahkan Sultan Demak / Raden Fattah juga mendengarnya. Ketika itu Kasultanan Demak sedang terusik oleh kegiatan penyebaran faham Syeh Siti Jenar dan Kiageng Kebo Kenongo yang dirasa menyimpang dari Syariat Islam. Setelah para wali mendapat isaroh dari Allah, kemudian mengadakan musyawarah yang dipimpin oleh Sunan Giri. Hasil musyawarah, yang bisa mengatasi kegiatan Syeh Siti Jenar adalah Syayyid Robbibinur. Kemudian Syayyid Robbibinur dipanggil dan datang ke Kasultanan Demak untu mendapat tugas membendung ajaran Syeh Siti Jenar. Syayyid Robbibinur berangkat kedaerah Rawa Pening / Banyu Biru dan membikin Padepokan / Pesantren sebagai sarana untuk memperlancar tugas dan sarana da’wah. Syeh Siti Jenar mendirikan Padepokan di sebelah timur Banyu Biru dan Syayyid Robbibinur mendirikan Padepokan disebelah barat Banyu Biru tepatnya di Maskumambang ( sampai sekarang petilasanya masih ada ). Dengan kemampuan lahir batin yang mumpuni dari Syayyid Robbibinur, membuat Syeh Siti Jenar kesulitan megembangkan ajaranya bahkan muritnya semakin berkurang. Karena bertempat di Banyu Biru itulah maka Syayyid Robbibinur dijuluki Wali Biru / Kyai Biru / Wali Biron. Ketika itu juga Mbah Wali Biru mempunyai dua orang murid istimewa yaitu Sunan Bonang dan Patih Wonosalam ( Patih Kasultanan Demak ).

MENJADI PENASEHAT SULTAN DEMAK
Setelah Syeh siti Jenar diadili para wali, Mbah Wali Biru diminta oleh Sultan Fatah dan persetujuan Wali Sembilan untuk menjadi penasehat Kasultanan Demak. Adapun pengadilan para Wali Sembilan kepada Syeh Siti Jenar yaitu supaya Syeh Siti Jenar membunuh atau menghilangkan ajaranya / aliranya dan kembali kepada ajaran Islam yang sempurna. Jadi yang selama ini pengertian bahwa Syeh Siti Jenar dibunuh / dipenggal lehernya adalah tidak benar. Yang benar, setelah Syeh Siti Jenar mengakui kesalahanya, namanya dikembalikan namanya oleh para wali menjadi Syeh Abdul Jalil dan diberi tugas untuk mendampingi Ibu Ratu Kalinyamat di Kadipaten Jepara. Adapun Mbah Wali Biru juga mendapat tugas mengawasi kegiatan Syeh Abdul Jalil. Mbah Wali Biru disamping sebagai penasehat juga sebagai pelatih laskar / prajurit Kasultanan Demak. Mbah Wali Biru menjadi penasehat Kasultanan Demak selama 4 tahun.

TUGAS KE KADIPATEN KALIWUNGU
Adipati Kaliwungu datang menghadap kepada Sultan Demak untuk meminta bantuan ulama’ dari Kasultanan Demak sebab perkembangan Agama Islam di Kaliwungu kurang maju. Apalagi di Kadipaten Kaliwungu belum ada tokoh ulama’ yang mempunyai kemampuan tinggi. Dari hasil musyawarah antara Wali Sembilan dan Sultan Demak akhirnya Mbah Wali Biru ditunjuk untuk da’wah di Kadipaten Kaliwungu. Setelah pindah di Kaliwungu Mbah Wali Biru mendirikan Padepokan / Pesantren di daerah Geseng – Kendal. Karena kemampuan yang tinggi dari Mbah Wali Biru akhirnya Kaliwungu menjadi pusat terbesar pendidikan Agama Islam se Negara Kasultanan Demak Bintoro. Santrinya tidak hanya dari wilayah Kasultanan Demak bahkan ada yang dari luar negeri. Mbah Wali Biru tugas di Kaliwungu selama 9 tahun dan sudah menghasilkan ulama’ – ulama’ besar yang menyebar diwilayah Kasultanan Demak.

DA’WAH DI KEPATIHAN SELOTLANGU / SELOKATON
Pada jaman Demak nama Selokaton adalah Selotlangu yang merupakan wilayah Kepatihan / Kawedanan. Setelah jaman Kasultanan Surakarta nama Selotlangu dirubah menjadi Selokaton. Mbah Wali Biru sudah merasa sangat tua dan berkeinginan untuk hidup didaerah yang sepi / ber uzlah. Kebetulan waktu itu Patih Selotlangu mohon bantuan Ulama’ kepada Adipati Kaliwungu yang berda’wah diwilayahnya. Sebab masyarat Selotlangu kurang mengenal Agama Islam, bahkan sebagian besar rakyatnya masih berkepercayaan Animisme dan Dinamisme. Akhirnya Mbah Wali Biru bersama beberapa santrinya yang dibawa dari Banyu Biru dan Kaliwungu berangkat ke Selotlangu setelah mendapat ijin dari Adipati Kaliwungu. Patih selotlangu memberi daerah perdikan untu didirikan Padepokan / Pesantren kepada Mbah Wali Biru yang berupa hutan. Para santri babat alas yang dipimpin oleh Mbah Wali Biru, yang kemudian diberi nama Padukuan Biron. Setelah Padepokan / Pesantren berdiri Mbah Wali Biru mulai menyusun strategi berdda’wahnya, sebab masyarakat Selotlangu mempunyai sifat yang berbeda. Menggunakan da’wah Islam secara langsung tidak memungkinkan, melalui pertanian dan perdagangan tidak menarik, akhirnya Mbah Wali Biru berda’wah dengan cara mengajarkan ilmu kanoragan dan kesaktian. Ternyata dengan cara itu menarik minat masyarakat Selotlangu. Awalnya Mbah Wali Biru memperagakan ilmu silat yang ditonton oleh rakyat Selotlangu di Padepokan, akhirnya mereka berminat dan banyak yang mendaftarkan diri untuk belajar silat. Bila ikut silat saratnya hanya dengan berwudlu, dan bila mereka sudah menguasai ilmu dasar silat maka dikukuhkan dengan membaca Syahadat.
Kalau ingi bertambah sakti ( kata Mbah Wali Biru ), para murid disuruh membaca japa mantra dan bergerak menirukan gerakan beliau. Sebenarnya yang dikerjakan oleh Mbah Wali Biru adalah memberikan contoh tatacara mengerjakan Sholat. Setelah mereka bisa baru dijelaskan bahwa yang mereka kerjakan itu adalah Sholat yang wajib dikerjakan bagi setiap orang Islam. Begitulah cara Mbah Wali Biru berda’wah mulai dari Silat menjadi Sholat. Dalam waktu singkat Padepokan / Pesantren berkembang dengan pesat dan santrinya dari mana – mana.

WAFAT DI SELOKATON
Atas seijin Sultan Demak, Para Wali dan Adipati Kaliwungu, Mbah Wali Biru menetap di Selokaton sampai wafat. Adapun istri dan anaknya jauh sebelumnya sudah wafat dan dimakamkan di Surabaya. Mbah Wali Biru wafat dalam usia 155 tahun dan dimakamkan di sekitar Padepokan / Pesantren Biron – Selokaton yang beliau dirikan. Karena usia yang panjang itu Mbah Wali Biru disebut juga dengan Wali Budha, maksudnya bukan agamanya yang budha tetapi usianya yang panjang / lama / budha.

PESAN AGAMA MBAH WALI BIRU
Pesan Agama yang sangat terkenal dari Mbah Wali Biru antara lain :
1. Qodrat Manusia adalah:
- Bodoh: maka jangan merasa paling Pinter
- Hina : maka jangan merasa paling Mulia
- Apes : maka jangan merasa paling Ampuh
- Salah : maka jangan merasa paling benar
Maka dari itu marilah kita berusaha jadi manusia yang Jujur, Sabar, Tawakal, Ikhlas dan Nerima.
2. Sempurnanya manusia hidup itu apabila:
- Berbakti kepada Allah SWT
- Berbakti kepada kedua Orang Tuanya
- Berbakti kepada Rosulullah dan Gurunya

RIWAYAT WALI BIRU DARI AL MUKHAROM KH. SIROJ
Di tahun 1954 Al Mukharom KH. Siroj – Payaman – Magelang setelah acara pengajian beliau mengatakan ketika sedang ngaji beliau berhenti sebentar sebab kedatangan Mbah Wali Biru bil ghoib. Kemudian Mbah Siroj menceritakan secara singkat tentang riwayat Mbah Wali Biru kepada Santri dan Jamaah yang hadir. Adapun pesan dari Mbah Wali Biru kepada Mbah Siroj adalah:

“ Apabila suatu saat nanti Tanah Biru keluar asapnya, Banyu Biru keluar candinya, maka saat itulah makamku ( Wali Biru ) dirawat oleh anak cucu”. Kemudian Mbah Siroj menyampaikan pesan khusus dan sekaligus tugas kepada santrinya yaitu Abi Mansur ( KH. RNg. Abi Mansyur / Ki. Bodo ) supaya mewujutkan pesan dari Mbah Wali Biru.
Pada tahun 1987 apa yang di pesankan oleh Mbah Wali Biru itu terjadi dan nyata,yaitu Tanah Biru ( Dieng – Wonosobo ) berhari hari keluar asapnya, Banyu Biru ( Rawa Pening – Ambarawa ) keluar pulaunya / candinya, dan di tahun itu juga ditemukan makam Wali Biru di Biron – Selokaton – Sukorejo – Kendal. Sejak itulah makam dibangun / dirawat bersama – sama oleh Jamaah Alkaromah dan warga masyarakat Selokaton sampai sekarang.

PERIHAL MAKAM WALI BIRU
1. Khaul Wali Biru dilaksanakan setiap Hari Senin ke 3 dalam Bulan Syawal
2. Wirid kunci Mbah Wali Biru adalah: YA HAYYU QOYYUMU 300X.
3. Wali Biru merupakan cucu ke 26 dari Rosulullah Muhammad SAW.

Demikianlah riwayat singkat Syayyid Robibbinur / Wali Biru mulai dari Hadramaut – Yaman sampai wafat di Biron – Selokaton – Sukorejo. Semoga sejarah ini menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang Waliyullah yang ada ditanah air kita Indonesia. Dan semoga pula barokah karomah Mbah Walibiru melimpah kepada kita semua yang percaya, sehingga meningkatkan Iman Islam kita untuk menuju keselamatan lahir batin dan dunia akhirat. Amiin..

DIRIWAYATKAN OLEH :
1. Almukarom KH. Siroj – Payaman – Magelang.
2. Almukarom KH. RNg. Abi Mansyur / Ki. Bodo – Gelangan – Purwosari – Wonoboyo – Temanggung.

DITULIS DAN DICERITAKAN OLEH:
KH. R. Drs. Gigik Kusiaji / Ki Santri – Sentul - Sukorejo – Kendal.

RIWAYAT SINGKAT KY.AGENG R. REMPET / KY. ROMLI FADHOLI KEMIRI – SUMBER AGUNG – WELERI – KENDAL

A. LATAR BELAKANG.
Sekitar abad 18 Ki Ageng Juwiring ( Tumenggung Puspo Negoro ) mempunyai dua putra kembar yaitu R. Rempet / kyai Ageng Romli Fadholi dan R. Kempet / kyai Ageng Abu Romli. Setelah remaja dua putra ini dipondokan di pesantren Kyai As’ari / Wali As’ari Gunung Pati – Semarang. Kyai Ageng Juwiring dan Kyai As’ari masih saudara sepupu dari kakeknya sunan Juminah – Mantingan – Jepara. Disamping itu juga mereka berguru kepada kyai Ngijo / wali Ngijo Gunung Pati, yang mana kyai Ngijo adalah murid kinasih dari wali As’ari. Kyai Ngijo dulunya adalah berandal besar diwilayah Demak-Semarang yang akhirnya bertaubat dan berguru kepada wali As’ari. Berbekal dari didikan orang tuanya, maka dalam mempelajari dan menyerap ilmu dari kedua gurunya cepat tanggap dan dengan mudah menerima semua pelajaran. Dari hasil bergurunya itulah R. Rempet dan R. Kempet mempunyai dan menguasai ilmu agama islam, ilmu kanuragan, ilmu tata negara,ilmu ekonomi dan ilmu pengobatan. Untuk meneruskan perjuangan orang tua dan gurunya itulah dua orang ini mendapat tugas da’wah keliling. Sebelum berangkat wali As’ari berpesan : Untuk R. Rempet kamu nanti bikin pesantren setelah menemukan pohon yang bersinar, dan R. Kempet kamu nanti bikin pesantren setelah menemukan tanah yang bersinar. Setelah mohon ijin kepada orang tuanya maka dua saudara kembaar ini berangkat da’wah keliling daerah yang berlainan.

B. MENDIRIKAN PESANTREN DI KEMIRI
Dalam perjalanan da’wah keliling, Kyai Romli Fadholi mengamalkan ilmu agama islam dan pengobatan ke setiap masyarakat yang disinggahi, juga memberikan semangat berjuang untuk membela negara guna mengusir penjajah kolonial belanda dari nusantara. Karena kelihaiannya dan kehalusannya maka masyarakat tergugah untuk berjuang namun penjajah tak mencurigainya. Tidak terasa sudah hampir 3 tahun da’wah dilakukan , tiba-tiba dari kejauhan ditengah hutan kelihatan pohon bersinar. Setelah dihampiri ternyata benar yaitu ada pohon kemiri besar yang bersinar. Pohon kemiri itu ternyata dijaga oleh harimau putih dan burung perkutut putih. Sesuai petunjuk gurunya maka dibabatlah hutan sekitar pohon itu dengan bantuan orang-orang yang pernah ditolong. Di dekat pohon kemiri itu didirikanlah pesantren serta dibikin lahan pertanian. Karena ingin dekat dengan pesantren kyai Romli maka banyak penduduk yang pindah di sekitar pesantren. Tidak berapa lama daerah itu sudah ramai penduduknya, maka pedukuhan itu diberi nama pedukuhan Kemiri yang diambil dari pohon kemiri yang bersinar. Penduduk pedukuhan kemiri lebih mengenal kyai Romli Fadholi dengan nama kecilnya yaitu R. Rempet, maka kyai Romli lebih dikenal dengan nama Kyai Ageng Rempet.

C. PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAH
Disamping memberi pelajaran agama Islam dan pertanian, kyai Ageng Rempet juga memberi ilmu kanuragan dan ilmu tata perang untuk melawan penjajah. Ilmu peperangan itu didapat dari orang tuanya yang seorang tumenggung, maka tak heran bila santri-santrinya juga mahir dalam ilmu peperangan. Secara diam-diam kyai Ageng Rempet dipanggil Sultan Mataram dan juga dikukuhkan jadi salah satu “Senopati luar” dari kesultanan mataram.

D. WAFAT DI KEMIRI
Kyai Ageng Rempet berjuang untuk agama islam dan negara dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dengan semata-mata mengharap ridla Allah saja. Pesannya yang sering disampaikan kepada santrinya “Aja Pada Kemiren”, maksudnya supaya kita jangan iri kepada siapapun, sebab Allah SWT mengqodratkan pada setiap makhluknya itu tak sama, serta tiap-tiap manusia diberi kelebihan dan kekurangan. Intinya supaya kita jalin kerukunan antar umat dengan penuh kasih sayang dan merasa sama-sama makhluk Allah SWT. Dari rasa iri itulah timbul dengki, jahil, sombong dll. Kyai Ageng Rempet meninggal di usia sekitar 90 tahun. Dan dimakamkan dibawah pohon kemiri sekitar pesantren.

Semoga berkah ,rahmat, taufiq Allah SWT dilimpahkan selalu kepada Kyai Ageng Rempet / kyai Romli Fadholi, hingga kita semua menerima luberan berkahnya untuk keselamatan lahir batin kita semuanya. Amin.



Diriwayatkan oleh :
KH. Abi Mansyur / Ki Bodo / R. Ng. Seco Atmodjo
Gelangan – Purwosari – Wonoboyo – Temanggung.
Ditulis oleh :
K. Drs. Gigik Kusiaji / Ki Santri / R. Santri Dzikrillah.
PP. Ki Bodo – Sukorejo –Kendal

Kamis, 09 September 2010

RIWAYAT KYAI AGENG SECO GATI / R. PURBOYO SIREGOL – TLAHAB KIDUL – KARANGREJA – PURBALINGGA

A. LATAR BELAKANG
R. Seco Gati / R. Purboyo adalah salah satu putra tiga bersaudara dari R. Secodipuro – Wedana / Kepatihan Selokaton – Kadipaten Kaliwungu ( sekarang Kecamatan Sukorejo – Kendal ), yang terlahir pada akhir abad ke 17. Yang mana kelahiran R. Secogati selisih 35 hari dengan kelahiran RM. Mustahar / RM. Notowiryo / P. Diponegoro / Sultan Abdul Khamid Heru Cokro. Walaupun terlahir sebagai putra bangsawan, R. Secogati berakhlak mulia, berbudi luhur, merakyat dan sangat suka mempelajari Agama Islam serta ilmu pengetahuan. Setelah menginjak usia remaja dia berangkat menuntut ilmu Agama Islam di Padepokan / Pesantren yang diasuh oleh Kyai Ageng Tingkir di Kebumen. Adapun beliau berangkat kepesantren ini berdasar kepada saran dari orangtuanya dan para sesepuh.

B. MASA DI PADEPOKAN / PESANTREN
Sewaktu menuntut ilmu di Padepokan Tingkir Beliau belajar dengan sungguh – sungguh dan tekun sehingga sangat dikagumi oleh guru dan teman – temanya. Kecerdasannya sangat luarbiasa, baik dalam penguasaan ilmu Agama Islam, ilmu pengetahuan, ilmu kanuragan, ilmu tata negara dan ilmu kemasyarakatan. Tidak hanya para Santri dan masyarakat sekitar yang minta petolongannya dalam memecahkan berbagai masalah, bahkan gurunyapun / Kyai Ageng Tingkir juga sering minta saran pendapatnya. Dengan kemampuan yang luarbiasa itu akhirnya terdengar sampai ke Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Akhirnya seringsekali R. Secogati dipanggil oleh kedua Raja didua kraton itu untuk diminta saran pendapatnya dalam mengatasi berbagai masalah baik didalam ataupun diluar kraton. Berkat jasanya itulah beliau dibei gelar R. Purboyo. Ketika dikraton itulah dia bertemu dan berteman akrab dengan saudara / kerabatnya P. Diponegoro. Ternyata keduanya mempunyai kesamaan wawasan dan pikiran tentang ketidak sukaanya dengan penjajah / Kolonial Belanda, yangmana mereka berdua inginsekali mengusir penjajah dari Tanah Air / Bumi Mataram / Nusantara. Kadang – kadang keduanya saling bertemu untuk bertukar pikiran dan wawasan baik ditempat P. Diponegoro maupun di Padepokan Tingkir. Takterasa beliau sudah sekitar 8 tahun lamanya didalam menuntut berbagai macam ilmu di Pesantren tersebut dan dirasa sudah cukup maka beliau minta ijin pulang untuk mengamalkan ilmu kepada masyarakat. Kyai Ageng Tingkir mengizinkan serta memberi doa restu kepada R. Seco Gati bahkan mengutus beberapa santri untuk ikut bersamanya.

C. BERDA’WAH KELILING
Kedatangan beliau bersaman teman – temanya disambut gembira oleh orangtuanya, para sesepuh dan masyarakat Kawedanan Selokaton. Orangtuanya tau kalau putranya yang satu ini lebih suka menjadi Ulama’ daripada Umaro’, maka R. Seco Gati diberi kebebasan untuk berda’wah mengamalkan ilmu yang telah dipelajari kepada masyarakat. Atas izin dan restu orangtuanya akhirnya dia berda’wah keliling, yang tidak hanya diwilayah Kadipaten Kendal saja bahkan hampir mengelilingi Tanah Jawa.
Di wilayah Jawa Barat namanya sangat harum dan terkenal sebab beliau sering menundukan tokoh – tokoh aliran sesat dan pendekar – pendekar golongan hitam. Disamping menyebarkan Agama Islam / Bersa’wah, Beliau juga memberi pengertian kepada masyarakat tentang kedzaliman penjajah, agar masyarakat timbul semangat untuk melawan dan mengusir penjajah dari bumi nusantara. Karena sikap itulah maka Kolonial Belanda memasang mata – mata untuk mengawasi gerak langkah R. Seco Gati dan teman - temanya yang dianggap membahayakan mereka. Namun beliau dan teman – temanya lebih awas dan teliti sehingga para mata – mata belanda tersebut menjadi bingung dan menjadi kucing kucingan. Kolonial Belanda merasa geram dan putus asa menghadapi sepak terjang mereka. Secara diam – diam beliau telah membuat beberapa kader untuk persiapan dijadikan tokoh – tokoh pejuang untuk melawan penjajah. Mendengar hal itu, P. Diponegoro sangat senang dan menemui beliau untuk diajak bersama – sama mempersiapkan perang melawan Kolonial Belanda. Setelah pertemuan mereka tersebut akhirnya R. Seco Gati dan teman – temanya pulang ke Selokaton untuk persiapan perang.

D. PERSIAPAN PERANG
Sesampai dirumah beliau menyampaikan hasil pertemuan dengan P. Diponegoro kepada orangtuanya dan para sesepuh juga keduasaudaranya, dan mendapat persetujuan mereka. Berdasar izin dan restu itulah beliau mulai merintis perjuangan dengan cara mengumpulkan tokoh – tokoh dan para pemuda untuk dijadikan laskar serta dilatih kanuragan dan ilmu strategi perang. Setelah satu tahun laskar tersebut dibentuk beliau memberi kabar kepada P. Diponegoro. Beberapa lama kemudian P. Diponegoro dengan beberapa senopati dan laskarnya datang ke Kawedanan Selokaton dan bergabung dengan R. Seco Gati beserta laskarnya. P. Diponegoro, Senopati Kyai Ageng Jailani / Mbah Poleng dan R. Seco Gati bersama sama menyusun strategi untuk menghadapi penjajah. Kemampuan R. Seco Gati dan Kyai Ageng Jailani berimbang baik dalam bidang ilmu agama, ilmu kanuragan maupun ilmu strategi perang. Melihat hal tersebut P. Diponegoro mengatur strategi perang dengan cara R. Seco Gati diangkat menjadi Senopati diwilayah kulon dan Kyai Ageng Jailani senopati diwilayah Kawedanan Selokaton. Kyai Ageng Jailani menetap di Selokaton ( Sukorejo ) sampai wafat dan dimakamkan di Sentul – Sukorejo ( sebelah PP. Ki. Bodo ). Setelah mendapat izin dan restu orangtua, saudara dan sesepunya beliau bersama beberapa laskar berangkat ke wilayah kulon. Namun sebelum berangkat beliau melangsungkan pernikahan terlebih dahulu. 40 hari setelah menikah beliau beserta istri dan laskarnya berangkat berjuang melaksanakan tugas suci perang melawan penjajah.

E. MEDIRIKAN PADEPOKAN DI KARANG REJA
Berdasarkan petunjuk P. Diponegoro agar R. Seco Gati membuat benteng pertahanan diwilayah Kulon tepatnya di daerah Karangreja – Purbalingga. Setibanya di Karangreja beliau beserta Istri dan para laskar melaksanakan mujahadah / istikhotsah untuk memohon petunjuk Allah SWT supaya diberi petunjuk tempat yang cocok dan pas buat mendirikan padepokan / pesantren. Waktu berdzikir bersama itulah tiba – tiba ada petunjuk Allah SWT yang berupa cahaya berbentuk Regol / Pintu Gerbang turun dari langit menuju wilayah hutan. Keesokan harinya beliau beserta rombongan menuju hutan dan menemukan wilayah jatuhnya cahaya tersebut.
Hari itu juga hutan mulai dibabat / babat alas untuk mendirikan Padepokan / pesantren. Setelah 3 bulan Padepokan / pesantren akhirnya jadi dan diberi nama Padepokan / Pesantren REGOL AGUNG. Beliau juga bergelar Kyai Ageng Seco Gati dan masyarakatpun biasa memanggil belia dengan sebutan Kyai Cogati. Beberapa bulan kemudian masyarakat mulai banyak berdatangan untuk menjadi santri beliau. Di Padepokan / pesantren ini disamping mempelajari Agama Islam juga diajarkan ilmu pengetahuan, ilmu kanuragan, ilmu ketrampilan dan ilmu strategi perang. Dengan hal itulah maka padepokan cepat berkembang dan banyak santrinya. Disamping itu beliau juga mulai memanggil kader – kader pejuang yang dulu dibentuk sewaktu berda’wah keliling supaya berkumpul ditempat beliau. Setelah berkumpul semua dibentuklah laskar perang untuk menghadapi penjajah / Kolonial Belanda. Ketenaran Padepokan Regol Agung membuat belanda kawatir dan berusaha untuk menghancurkan pesantren tersebut.

F. PERANG MELAWAN PENJAJAH
Penjajah / belanda mengirim pasukanya yang dipimpin oleh Ki Rawe Randualas dari Randudongkal ( gembong golongan hitam ) untuk menyerang dan menghancurkan padepokan Regol Agung. Rombongan Ki Rawe Randualas tidak mengira kalau Kyai Ageng Seco Gati dan Laskarnya sudah siap, maka ketika mereka menyerang akhirnya dapat dikalahkan dengan mudah. Mereka dapat ditumpas habis dan yang selamat serta meloloskan diri hanya Ki Rawe Randualas, Kemudian dia melaporkan kepada Kolonial Belanda tentang kekalahanya dan tentang kekuatan laskar Padepokan Regol Agung. Berdasr laporan itulah Kolonial Belanda memanggil anteknya yaitu Ki. Banteng Wareng ( Gembong Golongan hitam Alas Roban – Batang ) untuk membantu memerangi Padepokan Regol Agung. Kolonial Belanda merencanakan penyerangan besar – besaran maka dipersiapkan pasukan yang lebih besar serta strategi perang yang lebih matang. Kyai Ageng Seco Gati secara diam – diam juga memasang mata – mata di dalam Pasukan Belanda sehingga beliau tau semua rencana Belanda yang akan menyerang besar – besaran. Kyai Ageng Seco Gati dan Laskarnya mempersiapkan jebakan – jebakan juga parit – parit untuk persiapan meng hadapi perang iti. Saat yang ditunggu akhirya tiba, ribuan pasukan kolonial belanda yang dipimpin oleh Ki. Banteng Wareng dan Ki Rawe Randualas menyerang Padepokan Regol Agung. Pecah perang besar – besaran tidak dapat dihindari hingga berlangsung 2 minggu yang mengakibatkan ratusan korban dikeduabelah pihak. Pasukan belanda akhirnya kalah dan mundur, Ki Rawe Randualas mati sedang Ki Banteng Wareng meloloskan diri dan pulang ke Alas Roban. Semenjak itu belanda tidak berani lagi menyerang Padepokan Regol Agung dan otomatis benteng wilayah kulon sangat kuat dan susah dijebol.

G. KYAI AGENG SECO GATI WAFAT DI KARANG REJA
Setelah terjadi perang tersebut daerah Karangreja aman tentram dan Padepokan juga bebas dari gangguan penjajah sehingga santri – santripun tenang dalam menimba Ilmu Agama. Walaupun P. Diponegoro kalah perang karena tipuan belanda namun Kyai Ageng Seco Gati tetap meneruskan perjuanganya dengan melalui pendidikan Agama Islam. Putra Putri beliau juga dididik sebagai pejuang sekaligus agamawan dan disuruh menyebar ke berbagai daerah. Pada akhir bulan Mulud tepatnya tanggal 27 Maulud Kyai Ageng Seco Gati Wafat dalam Usia 113 Tahun dan dimakamkan diarea Padepokan / Pesantren Regol Agung.
Sekarang wilayah padepokan / pesantren ini dikenal dengan nama dusun Siregol. Sepeninggal beliau putra putri dan santrinya masih tetap melanjutkan perjuangannya walaupun cara mereka berbeda – beda dengan menyesuikan jaman dan keadaan wilayahnya.

Demikian sejarah / riwayat singkat dari pejalanan hidup dan perjuangan dari salah satu Waliyullah, semoga kita bisa mengambil hikmah dan dapat memetik pelajaran dalam kehidupan kita sebagai seorang muslim. Semoga dengan berkah karomah Mbah Wali Kyai Ageng Seco Gati kita diberi kekuatan Iman dan Islam serta selamat dunia akhirat.
Marilah kita sebagai generasi penerus berusaha dengan semangat yang tinggi untuk melanjutkan perjuangan Beliau dimasa sekarang.


Diriwayatkan oleh:
KH. R. Ng. Abi Mansyur / R. Ng. Seco Negoro / Ki. Bodo bin R. Seco Sudiro bin R. Seco Prawiro bin R. Seco Nonggo bin Seco Dipuro bin Seco Wiguno bin Seco Nonggo.
( Sesepuh PP. Ki. Bodo. Sukorejo – Kendal )

Ditulis oleh:
KH. R. Drs. Gigik Kusiaji / Ki. Santri
( Pengasuh PP. Ki. Bodo. Sukorejo Kendal )

Disalin oleh :
Johar Tantowi.

PONCO SEDYO

MANUNGSO KUWI YEKTINE :
1. Jujur
2. Sabar
3. Tawakal
4. Ikhlas
5. Narimo

CATUR KODRATE MANUNGSO :
1. Bodo : Mula Aja Rumangsa Paling Pinter.
2. Ina : Mula Aja Rumongsa Paling Mulya.
3. Apes : Mula Aja Rumangsa Paling Ampuh.
4. Luput : Mulo Aja Rumongsa Paling Bener.

DASARE URIP :
1. Kang Duwe Urip : Gusti Allah
2. Kang Ngurip-Urip : Bapa & Ibu
3. Kang Nduduhke Dalane Urip : Guru

SAMPURNANING URIP :
MANUNGSO KUDUNE BEKTI MARANG
- ALLAS SWT.
- BAPA & IBUNE
- ROSULULLAH MINONGKO GURU AGUNG, LAN PORO GURU – GURUNE.



KI. SANTRI DZIKRILLAH
Pengasuh Padepokan Panembahan Ki Bodo
Sukorejo Kendal Jateng

Riwayat Waliyullah SYEH MAULANA IBRAHIM SAM’AN ( WALI SAMAK ) Danupayan - Donorejo - Limpung-Batang

A.LATAR BELAKANG.

Pada abat 16 ketika Mataram dipimpin raja Sultan Agung, Belanda / Kompeni mulai menjajah dan berkuasa di Jakarta / Batavia. Sultan Agung berupaya untuk mengusir penjajah itu dari Tanah Jawa dan Nusantara ini, maka dibentuklah rencana persiapan penyerangan dan penyusunan strategi perang. Tumenggung Sura Agul Agul, Tumenggung Alap Alap dan Tumenggung Bahu Rekso merupakan tiga senopati agung untuk memimpin penyerangan itu.
Adapun kemenakan Sultan Agung yaitu Ibrahim Sam’an diberi tugas sebagai sesepuh dari Senopati wilayah Pantai Utara yang meliputi dari Brebes sampai Kendal. Ibrahim Sam’an adalah putra sulung dari Syeh Jangkung / Syaridin dengan Raden Ajeng Tulak / Ratu Mas Sekar Putri dari Raja Susuhunan Anyakrawati Mataram. Ratu Mas Sekar itu adik dari Sultan Agung.
Adapun Syeh Jangkung sampai menjadi menantu Raja Mataram sebab atas jasanya mampu meredam pemberontakan dari para goib yang akan menghancurkan Mataram dan mampu meredam pemberontakan Kadipaten Pati pada Mataram.
Perkawinan Syeh Jangkung dengan Ratu Mas Sekar mempunyai 4 orang anak, Syeh Ibrahim Sam’an itu anak sulung / mbarep.

B. KEDATANGANNYA DI LIMPUNG.

Dari Mataram Syeh Ibrahim Sam’an berangkat bersama dengan beberapa Senopati, seperti Syeh Tholabuddin yang bertugas mengumpulkan bahan pangan bertempat di Warung Asem, Syeh Kiai Ageng Singo Negoro di Pegandon Kendal dan Kyai Ageng Gringsing di Gringsing. Adapun Syeh Ibrahim Sam’an menempati daerah yang sangat rawan yaitu sekitar Alas Roban. Dipilihnya tempat yang sangat strategis yaitu Limpung sebab Markas Golongan Hitam yang membantu Belanda bermarkas di daerah Tersono. Syeh Ibrahim Sam’an dinobatkan menjadi Sesepuh Senopati Wilayah Utara sebab mempunyai kemampuan yang tinggi, seperti bab Agama Islam, strategi perang, ekonomi, ilmu kanuragan serta ahli dalam mengatasi berbagai ilmu hitam. Disamping itu Syeh Ibrahim Sam’an dari garis ayah adalah keturunan Wali dan dari garis ibu adalah keturunan raja. Syeh Ibrahim Sam’an dari Mataram menuju Limpung didampingi Anak Istri dan beberapa Santri yang sekaligus Prajurit Mataram. Sampai di wilayah Limpung dicarilah tempat yang strategis dan cocok untuk mendirikan Padepokan sekaligus sebagai markas laskar Mataram. Dengan perhitungan yang matang dan petunjuk Illahi dibabatlah hutan yang kemudian diberi nama Padukuhan Kayu Langit, sebab di tempat yang dibabat itu ada pohon yang sangat tinggi menjulang ke langit. Kayu Langit itu sekaligus dijadikan nama Padepokan yang didirikan oleh Syeh Ibrahim Sam’an dan para santrinya.

C. KEGIATAN PADEPOKAN KAYU LANGIT.
Dengan berdirinya Pedukuhan yang sekaligus Padepokan, maka Kayu Langit mulai dibanjiri masyarakat sekitar Limpung untuk belajar Agama Islam, pertanian, peternakan, kerajinan dan juga belajar kanuragan / persilatan. Bahkan banyak warga yang mulai menetap di sekitar Padepokan, hingga Pedukuhan Kayu Langit mulai ramai.
Syeh Ibrahim Sam’an mulai mengajarkan Ilmu Putih yang lurus yang diridhoi Allah SWT sebagai upaya untuk menanggulangi Ajaran sesat / Ilmu Hitam yang sudah banyak diikuti masyarakat sekitar Alas Roban. Yang mana waktu itu pusat Padepokan Ilmu Hitam berada di Tersono, yang dipimpin oleh Ki Kala Gedeng dan Nyi Gendini. Dipadepokan ilmu hitam ini para muridnya diajari Ilmu Sihir, Tenung, Santet dan lain–lain. Serta mengajarkan kepercayaan yang menyembah pada Iblis artinya tidak percaya pada Allah (Musrik dan syirik).
Dengan Karomah Kewaliannya, maka Santri Padepokan semakin banyak. Ada yang menetap di padepokan dan ada pula yang pulang. Disamping mengajar di padepokan, Mbah Wali Samak juga dakwah keliling di wilayah Pantai Utara dengan tujuan mengembalikan keimanan kepada Allah dari masyarakat yang telah terpengaruh oleh ajaran sesat Ki Kala Gedeng dan Nyi Gendini. Begitu pula bagi para Santri padepokan yang sudah mampu dan mumpuni diberi tugas dakwah keliling oleh Syeh Ibrahim Sam’an. Dengan itulah Padepokan Kayu Langit semakin banyak santrinya dan semakin terkenal, yang otomatis menambah jumlah Laskar Mataram. Khusus dalam menghadapi ilmu hitam, para santri diberi Ilmu Penangkalnya oleh Syeh Ibrahim Sam’an. Maka Padepokan Kayu Langit disamping mengajarkan Ilmu Lahir juga Ilmu Batin. Untuk itulah para santri selain ngaji kitab Al Qur’an dan Hadits juga diajari do’a – do’a, asma’ – asma’ dan berbagai khizib. Agar tidak lupa Syeh Ibrahim Sam’an menulis di sampul atau samak buku para santri. Kebetulan lidah Jawa kalau melafatkan Bahasa Arab susah maka yang asalnya Sam’an menjadi Samak. Sejak itulah Syeh Ibrahim Sam’an terkenal dengan sebutan MBAH SAMAK.
Disamping sebagai Ulama’ Agung, Mbah Samak adalah sesepuh dari para Senopati di wilayah Pantai Utara, maka di Padepokan itu sering diadakan musyawarah para Senopati untuk membahas persiapan penyerangan ke Batavia dan menghadapi tokoh – tokoh hitam yang sudah dibeli oleh penjajah untuk menghancurkan Mataram. Supaya memudahkan hubungan antar senopati, Mbah Samak menggunakan seekor burung dara putih sebagai pengantar surat. Burung dara itu diberi nama Kilat Putih.

D. PERLAWANAN TERHADAP PENJAJAH DAN GOLONGAN HITAM.

Padepokan Golongan Hitam marah besar ketika tahu bahwa Padepokan Kayu Langit makin kuat dan berkembang pesat. Masyarakat banyak yang ikut dan hidup pada jalan yang lurus yang menyebabkan pengikut golongan hitam semakin sedikit, terlebih lagi setelah diketahui padepokan Kayu Langit merupakan Markas Laskar Mataram, maka Ki Kala Gedeng geram dan merencanakan penyerangan. Setelah Ki Kala Gedeng mendapat ijin dan bantuan Kompeni Belanda, maka diseranglah Padepokan Kayu Langit. Untungnya Mbah Samak sudah tahu rencana itu, maka sebelum terjadi penyerangan sudah dimusyawarahkan dengan para Senopati Wilayah Utara. Akhirnya terjadilah perang antara golongan Putih / Mataram dan Hitam / Kompeni Belanda. Padepokan Kayu Langit diserang habis – habisan. Karena Mbah Samak ahli Strategi Perang, maka musuh-musuh dibikin hancur dan dikalahkan. Ki Kala Gedeng dan Nyi Gendini melarikan diri, namun bisa dikejar Mbah Samak dan terbunuh di dalam Alas Roban. Setelah itu juga padepokan / markas golongan hitam di Tersono dihancurkan. Dengan hancurnya Padepokan Golongan Hitam maka hancur pula ilmu hitam di Wilayah Alas Roban. Namun masih ada satu dua yang bisa meloloskan diri dan pindah ke lain tempat.

E. PINDAH TEMPAT DAN WAFAT.

Karena pertimbangan tempat sudah ketahuan musuh dan kotor dengan darah pertempuran maka, Padepokan Kayu Langit dibedol / dibubut ke tempat yang baru. Di tempat yang baru itu terjadi rebutan tempat, yaitu mereka berkeinginan bertempat tinggal dekat dengan tempat Mbah Samak. Karena diantara mereka ada yang merasa paling benar dan merasa paling berjasa dalam perjuangan, itulah yang menyebabkan terjadinya cekcok / mbat – mbatan. Dengan kebijakan Mbah Samak akhirnya pertengkaran rakyat mereda dan menyadari kesalahannya. Sejak dari itulah maka rakyat menyebut Padukuhan itu dengan Bubutan / Mbat – mbatan.
Setelah Padepokan jadi, Mbah Samak tetap berdakwah dan melatih Santri untuk persiapan perang menyerbu Belanda di Batavia. Selang beberapa tahun, Mbah Samak pulang ke hadapan Illahi / wafat dalam usia setengah baya. Selagi masih hidup Mbah Samak berpesan kepada anak dan istrinya jikalau nanti dia meninggal dunia supaya dimakamkan di sekitar padepokan dan istrinya dimohon untuk pulang ke Kraton Mataram.
Mendengar Mbah Samak meninggal maka Sultan Agung langsung datang ke Bubutan yang sekaligus memboyong Ratu Mas Sekar dan Anaknya ke Mataram. Padepokan diserahkan pada Lurah Tamtama untuk tetap dijadikan Markas Mataram. Sepeninggal Syeh Ibrahim Sam’an masyarakat menyebutnya dengan sebutan Mbah Wali Samak.

Demikian riwayat singkat Mbah Wali Samak mulai awal kedatangannya sampai wafatnya. Semoga dengan ini kita bisa mencontoh tingkah lakunya dan ingat dengan jasa – jasanya dalam berdakwah Agama Islam, membela Bangsa dan Negara. Dengan berkah karomah Mbah Wali Samak semoga kita semua diberikan kekuatan Iman Islam lahir batin yang selamat Dunia Akhirat. Amin.
Sukorejo, 1 Agustus 2005.
Diriwayatkan dan ditulis Oleh :
1. Ky. ABI MANSUR / KI BODO.
SESEPUH PADEPOKAN PANEMBAHAN KI BODO.
2. Ky. Drs. G. KUSIAJI / KI SANTRI.
PENGASUH PADEPOKAN PANEMBAHAN KI BODO SUKOREJO KENDAL.

KETERANGAN:
1. Khoul Mbah Wali Samak dilaksanakan setiap Hari Selasa Pon Bulan Rojab berdasar Hari Wafatnya.

DAFTAR SUKERTO ( YANG DIRUWAT ) :

01. ONTANG - ANTING: Anak 1 Putra
02. UNTING – UNTING : Anak 1 Putri
03. LUMUNING : Anak Lahir Tanpa Ari- Ari
04. SARIMBI : Anak 4 Putri
05. SAROMBO : Anak 4 Putra
06. PANDOWO : Anak 5 Putra
07. PANDAWI : Anak 5 Putri
08. PANDOWO MADANGAKE : Anak 4 Puti 1 Putra
09. PANDOWO IPIL – IPIL : Anak 4 Putra 1 Putri
10. UGER - UGER LAWANG : Anak 2 Putra
11. KEMBANG SEPASANG : Anak 2 Putri
12. GEDONO - GEDINI : Anak 1 Putra 1 Putri
13. GEDINI – GEDONO : Anak 1 Putri 1 Putra
14. SENDANG KAPIT PANCURAN : 1 Putra 1 Putri 1 Putra
15. PANCURAN KAPIT SENDANG : 1 Putri 1 Putra 1 Putri
16. DUKUN BAYI YANG SUDAH DAPAT 100 BAYI
17. KESULITAN EKONOMI
18. KEGAGALAN USAHA
19. RUMAH TANGGA TAK TENTRAM
20. Dll