A. LATAR BELAKANG.
Sekitar abad 18 Ki Ageng Juwiring ( Tumenggung Puspo Negoro ) mempunyai dua putra kembar yaitu R. Rempet / kyai Ageng Romli Fadholi dan R. Kempet / kyai Ageng Abu Romli. Setelah remaja dua putra ini dipondokan di pesantren Kyai As’ari / Wali As’ari Gunung Pati – Semarang. Kyai Ageng Juwiring dan Kyai As’ari masih saudara sepupu dari kakeknya sunan Juminah – Mantingan – Jepara. Disamping itu juga mereka berguru kepada kyai Ngijo / wali Ngijo Gunung Pati, yang mana kyai Ngijo adalah murid kinasih dari wali As’ari. Kyai Ngijo dulunya adalah berandal besar diwilayah Demak-Semarang yang akhirnya bertaubat dan berguru kepada wali As’ari. Berbekal dari didikan orang tuanya, maka dalam mempelajari dan menyerap ilmu dari kedua gurunya cepat tanggap dan dengan mudah menerima semua pelajaran. Dari hasil bergurunya itulah R. Rempet dan R. Kempet mempunyai dan menguasai ilmu agama islam, ilmu kanuragan, ilmu tata negara,ilmu ekonomi dan ilmu pengobatan. Untuk meneruskan perjuangan orang tua dan gurunya itulah dua orang ini mendapat tugas da’wah keliling. Sebelum berangkat wali As’ari berpesan : Untuk R. Rempet kamu nanti bikin pesantren setelah menemukan pohon yang bersinar, dan R. Kempet kamu nanti bikin pesantren setelah menemukan tanah yang bersinar. Setelah mohon ijin kepada orang tuanya maka dua saudara kembaar ini berangkat da’wah keliling daerah yang berlainan.
B. MENDIRIKAN PESANTREN DI KEMIRI
Dalam perjalanan da’wah keliling, Kyai Romli Fadholi mengamalkan ilmu agama islam dan pengobatan ke setiap masyarakat yang disinggahi, juga memberikan semangat berjuang untuk membela negara guna mengusir penjajah kolonial belanda dari nusantara. Karena kelihaiannya dan kehalusannya maka masyarakat tergugah untuk berjuang namun penjajah tak mencurigainya. Tidak terasa sudah hampir 3 tahun da’wah dilakukan , tiba-tiba dari kejauhan ditengah hutan kelihatan pohon bersinar. Setelah dihampiri ternyata benar yaitu ada pohon kemiri besar yang bersinar. Pohon kemiri itu ternyata dijaga oleh harimau putih dan burung perkutut putih. Sesuai petunjuk gurunya maka dibabatlah hutan sekitar pohon itu dengan bantuan orang-orang yang pernah ditolong. Di dekat pohon kemiri itu didirikanlah pesantren serta dibikin lahan pertanian. Karena ingin dekat dengan pesantren kyai Romli maka banyak penduduk yang pindah di sekitar pesantren. Tidak berapa lama daerah itu sudah ramai penduduknya, maka pedukuhan itu diberi nama pedukuhan Kemiri yang diambil dari pohon kemiri yang bersinar. Penduduk pedukuhan kemiri lebih mengenal kyai Romli Fadholi dengan nama kecilnya yaitu R. Rempet, maka kyai Romli lebih dikenal dengan nama Kyai Ageng Rempet.
C. PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAH
Disamping memberi pelajaran agama Islam dan pertanian, kyai Ageng Rempet juga memberi ilmu kanuragan dan ilmu tata perang untuk melawan penjajah. Ilmu peperangan itu didapat dari orang tuanya yang seorang tumenggung, maka tak heran bila santri-santrinya juga mahir dalam ilmu peperangan. Secara diam-diam kyai Ageng Rempet dipanggil Sultan Mataram dan juga dikukuhkan jadi salah satu “Senopati luar” dari kesultanan mataram.
D. WAFAT DI KEMIRI
Kyai Ageng Rempet berjuang untuk agama islam dan negara dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dengan semata-mata mengharap ridla Allah saja. Pesannya yang sering disampaikan kepada santrinya “Aja Pada Kemiren”, maksudnya supaya kita jangan iri kepada siapapun, sebab Allah SWT mengqodratkan pada setiap makhluknya itu tak sama, serta tiap-tiap manusia diberi kelebihan dan kekurangan. Intinya supaya kita jalin kerukunan antar umat dengan penuh kasih sayang dan merasa sama-sama makhluk Allah SWT. Dari rasa iri itulah timbul dengki, jahil, sombong dll. Kyai Ageng Rempet meninggal di usia sekitar 90 tahun. Dan dimakamkan dibawah pohon kemiri sekitar pesantren.
Semoga berkah ,rahmat, taufiq Allah SWT dilimpahkan selalu kepada Kyai Ageng Rempet / kyai Romli Fadholi, hingga kita semua menerima luberan berkahnya untuk keselamatan lahir batin kita semuanya. Amin.
Diriwayatkan oleh :
KH. Abi Mansyur / Ki Bodo / R. Ng. Seco Atmodjo
Gelangan – Purwosari – Wonoboyo – Temanggung.
Ditulis oleh :
K. Drs. Gigik Kusiaji / Ki Santri / R. Santri Dzikrillah.
PP. Ki Bodo – Sukorejo –Kendal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar